Sektor Jasa Keuangan di Sulampua Tetap Stabil di Tengah Ketidakpastian Global

16 hours ago 5

KabarMakassar.com — Di tengah bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global, sektor jasa keuangan di kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) tetap menunjukkan performa positif.

Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat menilai ketangguhan sektor ini turut mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia.

Kepala OJK Sulselbar, Moch. Muchlasin, menjelaskan bahwa tekanan global yang meningkat belakangan ini menjadi tantangan nyata.

Hal ini tercermin dari revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB global menjadi 3,1 persen pada 2025 dan 3 persen di 2026.

Revisi ini dipicu oleh meningkatnya hambatan perdagangan, ketidakpastian arah kebijakan, serta risiko geopolitik yang semakin besar.

Namun demikian, sektor jasa keuangan di Sulampua tetap mampu beradaptasi dan memainkan peran penting dalam memperluas inklusi keuangan serta menjaga stabilitas ekonomi regional.

“Salah satu indikator utamanya adalah kinerja intermediasi perbankan yang tetap kuat. Per Februari 2025, kredit perbankan tumbuh 7,05 persen secara tahunan (year-on-year), sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 3,86 persen,” kata Muchlasin dalam keterangan resminya, Jumat (02/05).

Tingginya pertumbuhan kredit yang melampaui pertumbuhan DPK menunjukkan bahwa sektor perbankan menjalankan fungsinya dengan optimal, khususnya dalam mendukung pembiayaan sektor riil.

Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi, yakni mencapai 130,54 persen, mengindikasikan bahwa pembiayaan perbankan di Sulampua sebagian besar berasal dari pendanaan luar daerah, sebuah bukti nyata kepercayaan investor nasional terhadap potensi wilayah ini.

Kredit yang disalurkan di wilayah Sulampua tercatat mencapai Rp434,24 triliun. Dari jumlah tersebut, kredit konsumtif mendominasi dengan nilai Rp220,99 triliun, sedikit lebih besar dibandingkan kredit produktif yang berada di angka Rp213,24 triliun.

Sementara itu, portofolio DPK masih ditopang oleh tabungan sebesar Rp198,94 triliun, diikuti deposito Rp67,02 triliun, dan giro Rp66,69 triliun.

Dari sisi kualitas kredit, sektor perbankan di Sulampua juga terbilang sehat dengan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang terjaga di level 2,45 persen. Ini mencerminkan kehati-hatian industri dalam menjaga kualitas asetnya.

Selain perbankan, sektor pasar modal juga menunjukkan perkembangan signifikan. Hingga Februari 2025, jumlah Single Investor Identification (SID) di Sulampua tumbuh 26,21 persen secara tahunan, mencapai angka 1.009.595.

“Pertumbuhan ini didukung oleh kolaborasi edukasi pasar modal antara OJK, Bursa Efek Indonesia, perusahaan sekuritas, perguruan tinggi, serta Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD),” lanjutnya.

OJK bersama BEI juga telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk merespons kondisi pasar yang berfluktuasi, seperti penyesuaian batasan trading halt saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun tajam, penyesuaian auto rejection bawah, dan kebijakan buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Kinerja positif juga tampak pada sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB). Hingga Februari 2025, total aset dana pensiun di wilayah Sulampua tumbuh 4,46 persen menjadi Rp3,76 triliun.

“Di sektor pembiayaan, outstanding piutang perusahaan pembiayaan tumbuh 8,25 persen menjadi Rp52,41 triliun. Sementara itu, perusahaan penjaminan mencatat pertumbuhan outstanding sebesar 28,25 persen, menembus angka Rp957 miliar,” lanjut Muchlasin.

Di sektor pembiayaan lainnya, pinjaman yang disalurkan oleh perusahaan pergadaian tumbuh 27,59 persen menjadi Rp17,61 triliun.

Adapun pembiayaan melalui fintech peer-to-peer lending mengalami lonjakan signifikan sebesar 64,50 persen, mencapai Rp5,2 triliun pada posisi Januari 2025.

Meskipun demikian, tak semua lini mengalami pertumbuhan. Pembiayaan modal ventura tercatat mengalami kontraksi sebesar -9,10 persen, mencerminkan adanya tantangan dalam penyaluran dana pada sektor usaha rintisan.

Secara keseluruhan, seiring dengan perkembangan sektor jasa keuangan di wilayah Sulampua, OJK menyebut kinerja jasa keuangan di Sulawesi Selatan juga tetap menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan mendukung ketahanan ekonomi daerah.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news