KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan Rabu (30/04), di zona hijau meskipun sempat melemah tajam di awal sesi. Penguatan ini menunjukkan pemulihan sentimen pasar yang cepat setelah tekanan di pembukaan.
IHSG ditutup menguat 17,72 poin atau setara 0,26 persen ke posisi 6.766,79. Pada awal perdagangan, indeks dibuka di level 6.755,46 namun langsung terjun ke titik terendah hari itu di level 6.725,96.
Meski demikian, indeks mampu bangkit dan sempat mencapai level tertinggi harian di 6.791,25 sebelum akhirnya menutup perdagangan sedikit di bawah angka tersebut.
Pergerakan positif IHSG didorong oleh kembalinya optimisme investor di tengah meredanya tekanan global dan menanti data-data ekonomi penting.
Kinerja indeks terlihat stabil menjelang penutupan sesi pertama, dan meskipun sempat mengendur di sesi kedua, IHSG tetap berhasil mencatat penguatan hingga akhir perdagangan.
Berdasarkan data RTI, volume perdagangan hari ini mencapai 24,59 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp14,48 triliun.
Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 308 saham tercatat menguat, 318 saham mengalami penurunan, dan 180 saham stagnan.
Sementara itu, sentimen eksternal turut memengaruhi arah pasar domestik. Bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) pada perdagangan Selasa waktu setempat mencatatkan kenaikan moderat, didukung meredanya kekhawatiran terkait ketegangan perdagangan global. Dow Jones Industrial Average naik 0,8 persen, S&P 500 menguat 0,6 persen, dan NASDAQ Composite juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,6 persen.
Kenaikan di pasar global mencerminkan sikap hati-hati investor yang tetap aktif memantau perkembangan data ekonomi serta laporan kinerja keuangan perusahaan yang akan dirilis dalam waktu dekat. Hal ini turut memberikan dampak positif bagi pasar modal Indonesia, meski tekanan pada awal sesi masih menunjukkan adanya kehati-hatian pelaku pasar dalam mengambil posisi.
Dengan penutupan yang positif ini, pelaku pasar berharap tren penguatan IHSG dapat berlanjut dalam beberapa hari ke depan, terutama jika didukung oleh perkembangan ekonomi domestik yang stabil dan situasi global yang lebih kondusif.
Sebelumnya diberitakan, Sentimen global yang beragam serta penantian pasar terhadap laporan kinerja keuangan emiten kuartal I/2025 menjadi sorotan utama yang membayangi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu (30/4). Ketidakpastian kebijakan suku bunga Bank Sentral Jepang (BOJ) dan potensi pergeseran arah moneter The Fed turut memberi tekanan pada psikologis pasar.
Di tengah berbagai sentimen tersebut, IHSG dibuka melemah tipis 0,07% atau 4,47 poin ke posisi 6.744,60 pada pukul 09.01 WIB. Pada perdagangan hari ini, Rabu (30/04) Indeks bergerak di rentang 6.742 hingga 6.761 di awal sesi. Sebanyak 214 saham terpantau menguat, 128 saham melemah, dan 234 saham stagnan.
Menurut proyeksi MNC Sekuritas, IHSG masih berpotensi untuk melanjutkan penguatan menuju level 6.784 pada perdagangan hari ini.
Hal ini didasari oleh penutupan positif IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (29/4), yang menguat 0,39% ke level 6.749, masih ditopang oleh dominasi volume pembelian. Namun, tim riset MNC menyampaikan bahwa penguatan IHSG berpeluang terbatas karena saat ini indeks diperkirakan telah berada di akhir wave [a] dari wave B.
“Setelah mencapai level 6.784, IHSG akan rentan terkoreksi terlebih dahulu ke kisaran support 6.333 hingga 6.571,” jelas MNC Sekuritas dalam riset hariannya.
Untuk perdagangan hari ini, level support disebut berada pada 6.585 dan 6.373, sementara resistansi berada di rentang 6.769 hingga 6.877.
MNC Sekuritas merekomendasikan beberapa saham potensial untuk diperhatikan pelaku pasar, yaitu BMRI, BUMI, MBMA, dan PSAB, seiring dengan potensi teknikal yang menarik serta prospek kinerja jangka pendek.
Sementara itu, analis dari Indo Premier Sekuritas, Dimas Krisna Ramadhani, memproyeksikan peluang penguatan IHSG menuju level 6.700–6.900 masih terbuka dalam pekan ini.
Ia menyoroti bahwa level resistance penting terletak pada MA50 monthly di angka 6.850 dan MA200 weekly di sekitar 6.900.
Namun, Dimas mengingatkan bahwa potensi kenaikan tersebut lebih bersifat mark-up, bukan sinyal pembalikan tren turun (reversal downtrend), kecuali terjadi perubahan signifikan pada arus dana asing maupun kondisi pasar global.
Beberapa faktor eksternal yang menjadi perhatian pelaku pasar adalah kemungkinan perubahan kebijakan moneter dari BOJ.
Konsensus pasar sejauh ini memperkirakan suku bunga akan tetap di level 0,5%. Namun, jika BOJ mengambil langkah tak terduga dengan menaikkan suku bunga demi menjaga stabilitas ekonomi domestik, maka hal itu dapat memicu aksi carry trade sebagaimana yang pernah terjadi pada 5 Agustus 2024 silam, yaitu saat pasar global mengalami tekanan karena kejutan kebijakan BOJ.
Faktor penting lain yang diperhatikan pasar adalah rilis laporan kinerja keuangan kuartal I/2025 dari sejumlah emiten besar, termasuk PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), serta tiga bank Himbara yaitu PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI).
Apabila laporan keuangan emiten-emiten ini menunjukkan hasil di atas ekspektasi konsensus, maka potensi katalis positif terhadap harga saham akan semakin kuat.
Selain itu, pelaku pasar juga mencermati data tenaga kerja Amerika Serikat (non-farm payrolls) untuk April 2025. Berdasarkan konsensus, diperkirakan akan terjadi penurunan signifikan dalam tingkat ketenagakerjaan di luar sektor pertanian.
Data ini krusial karena dapat memengaruhi arah kebijakan suku bunga The Fed. Jika data tenaga kerja tetap kuat, maka ekspektasi terhadap penurunan suku bunga akan menurun. Sebaliknya, data yang lemah bisa mendorong peluang pemangkasan suku bunga.
“Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas The Fed untuk menurunkan suku bunganya pada 7 Mei mendatang hanya sebesar 10%. Ini menunjukkan bahwa ekspektasi pelonggaran kebijakan masih sangat terbatas,” ungkap Dimas.