
KabarMakassar.com — Di tengah dinamika pasar global yang fluktuatif, sektor pasar modal di Sulawesi Selatan mencatat kinerja positif dengan meningkatnya jumlah investor yang tercermin dari pertumbuhan Single Investor Identification (SID).
Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat melaporkan bahwa pada Februari 2025, total SID investor pasar modal di provinsi ini mencapai 407.590, tumbuh sebesar 21,22 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year).
Kepala OJK Sulselbar, Moch. Muchlasin, menyebut bahwa pertumbuhan ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap instrumen investasi pasar modal semakin meningkat, seiring dengan masifnya edukasi dan kampanye literasi keuangan yang dilakukan secara kolaboratif.
“Kegiatan edukasi yang melibatkan OJK, Bursa Efek Indonesia, perusahaan sekuritas, perguruan tinggi, dan TPAKD memberikan dampak signifikan dalam mendorong inklusi keuangan di sektor pasar modal,” ujarnya, Sabtu (03/05).
Dari total investor pasar modal tersebut, mayoritas merupakan investor reksa dana, yaitu sebanyak 388.991 SID. Segmen ini tumbuh sebesar 21,15 persen (yoy), menjadikannya sebagai kelompok investor terbanyak di Sulawesi Selatan.
Sementara itu, investor saham juga mencatatkan pertumbuhan positif. Jumlahnya meningkat dari 128.450 pada Desember 2024 menjadi 132.968 pada Februari 2025, atau tumbuh sebesar 24,99 persen secara tahunan.
Di sisi lain, investor Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebanyak 17.796 SID, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 14,11 persen.
Nilai transaksi saham di Sulawesi Selatan pun tak kalah menggembirakan. Hingga Februari 2025, nilai transaksi saham di provinsi ini tercatat mencapai Rp4,23 triliun.
Angka ini menjadi bukti bahwa aktivitas perdagangan di pasar modal terus bergerak aktif meski berada dalam tekanan eksternal.
Pertumbuhan investor di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) secara umum juga menunjukkan tren serupa.
Jumlah SID pasar modal di kawasan ini mencapai 1.009.595 SID per Februari 2025, atau tumbuh 26,21 persen secara tahunan.
Muchlasin menekankan bahwa sektor jasa keuangan di Sulampua tetap menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi daerah meski ketidakpastian global meningkat.
“Kinerja sektor jasa keuangan tetap tangguh dan aktif dalam menjaga momentum ekonomi daerah, meskipun tekanan global semakin tinggi,” kata Muchlasin.
Sebagai bentuk respon atas volatilitas pasar, OJK bersama Bursa Efek Indonesia turut mengambil langkah-langkah strategis demi menjaga stabilitas dan kepercayaan investor.
Beberapa kebijakan yang telah diterapkan antara lain penyesuaian batasan trading halt ketika IHSG mengalami penurunan tajam, pengaturan ulang batas bawah auto rejection saham, serta memberikan kemudahan bagi emiten dalam melakukan buyback saham tanpa melalui RUPS.
Dengan kolaborasi dan penguatan regulasi yang konsisten, OJK berharap sektor pasar modal di Sulsel dan wilayah Sulampua pada umumnya dapat terus tumbuh sehat, inklusif, dan berkelanjutan.