Unhas Lantik 4 Guru Besar Ilmu Sosial Bidang Kajian Sastra Budaya Hingga Antropologi Maritim

19 hours ago 6

KabarMakassar.com — Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas dalam rangka upacara Penerimaan Jabatan Profesor empat guru besar baru di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang berlangsung di Ruang Senat Akademik Unhas pada Selasa (17/06).

Empat profesor baru yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Andi Muhammad Akhmar, S.S.,M.Hum., Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, dengan nomor keanggotaan 586 dan Prof. Dr. Mardi Adi Armin, M.Hum., Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat Bahasa, Fakultas Ilmu Budaya, dengan nomor keanggotaan 587

Selanjutnya Prof. Dr. Munira Hasjim, S.S., M.Hum., Guru Besar Bidang Ilmu Sosiolinguistik Transformasional, Fakultas Ilmu Budaya, dengan nomor keanggotaan 588 dan Prof. Dr. Ansar Arifin, M.S., Guru Besar Bidang Ilmu Antropologi Maritim, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan nomor keanggotaan 589

Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa menyampaikan selamat atas penambahan guru besar Unhas. Hal ini menunjukkan pencapaian serta kebanggaan peningkatan kapasitas dan kualitas mutu pembelajaran.

“Saya berharap agar keilmuan dari para professor Unhas bisa memberikan manfaat secara meluas kepada masyarakat. Penambahan guru besar ini merupakan upaya pembuktian bahwa Unhas sebagai salah satu kampus terbaik dalam proses akademik,” kata Prof. JJ.

Pada kesempatan ini, keempat guru besar secara bergantian membawakan pidato penerimaan sesuai bidang keilmuan masing-masing.

Prof. Dr. Andi Muhammad Akhmar, S.S., M.Hum.,

Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya ini menyampaikan pidato berjudul: “Indigeneitas, Estetika Global, dan Fiksi Pascamodern: Membaca La Galigo dalam Kerangka Kajian Sastra dan Budaya”.

La Galigo adalah salah satu warisan budaya tertua dan paling signifikan di Sulawesi Selatan.

Naskah ini menjadi bukti kecanggihan literasi masyarakat Bugis pada masa lampau, sekaligus cermin kosmologi hingga nilai dan norma sosial yang membentuk kehidupan masyarakatnya.

Dalam kajian budaya kontemporer, menjadi sangat relevan untuk menempatkan La Galigo tidak hanya sebagai teks, tetapi juga sebagai bagian dari praktik budaya yang hidup.

Sebagai naskah yang lahir dari praktik lisan dan spiritual, La Galigo juga berfungsi sebagai arsip hidup yang terus dimaknai ulang oleh masyarakat adat dalam merespon zaman, seperti krisis ekologis dan pergeseran identitas budaya.

“Berkaitan dengan pandangan kontemporer tersebut, ada tiga tapak jejak yang sepertinya berbeda, namun sesungguhnya saling menyapa. Tapak jejak pertama adalah pembacaan La Galigo dari perspektif indigeneitas sebagaimana dihidupi oleh masyarakat adat To-Cerekang, kedua adalah Teater Tari I La Galigo menegosiasikan keotentikan dalam estetika global, dan cerpen Sawerigading datang dari laut memperlihatkan bahwa identitas mitologispun tidak kebal terhadap fragmentasi zaman,” jelas Prof Akhmar.

Berdasarkan ketiga model pembacaan tersebut, terlihat bahwa La Galigo tidak bersifat statis, tapi berubah sesuai konteks kultural dan politik.

Perbedaan pendekatan ini memperkaya medan representasi. Ada yang melihat sebagai warisan sastra, sebagai medan perjuangan ekologis, simbol kebanggaan identitas serta ruang renungan kritis atas krisis makna dan sejarah.

Simpangan diantara ketiganya menciptakan dialog epistemik antara tradisi dan modernitas, antara lokalitas dan globalitas, antara sakralitas dan dekonstruksi, yang semuanya merupakan kekuatan dan budaya sebagai ruang negosiasi identitas dan nilai dalam dunia yang terus berubah.

Prof. Dr. Mardi Adi Armin, M.Hum.

Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat Bahasa, Fakultas Ilmu Budaya ini menyampaikan pidato berjudul: “Keserbamungkinan (Kontinjensi) Bahasa Menuju Dialog Intersubyektif Sains dan Budaya: Pandangan Filsafat Neopragmatisme”.

Pada awal abad ke-21, para cendekiawan mencari pemikiran baru sebagai reaksi terhadap kemunduran ideologi dan filsafat Barat akibat perselisihan antara rasionalisme versus empirisme, dan idealisme versus materialisme, serta keusangan yang dialami oleh aliran positivisme August Comte yang menganggap pengetahuan mengenai fakta objektif sebagai pengetahuan yang sahih.

Prof Mardi menjelaskan, neopragmatisme bergerak di antara dua kecenderungan kuat, yaitu di satu sisi berupa usaha untuk menjelaskan wilayah kebudayaan, sejajar dengan epistemologi ilmu alam, dan disisi yang lain, suatu ikhtiar untuk mengantar paradigma ilmu alam paralel dengan epistemologi seni dan karya artistik.

Dalam perkembangan kemudian, filsafat tidak terhindar dari kekuatan tarik-menarik yang membawanya condong ke dalam dua wilayah, yaitu wilayah sastra (Sains Analitik) dan sains bersifat metodis, objektif dan taat asas.

“Pandangan seorang cendekia merupakan pandangan yang membiarkan perspektifnya selalu dalam kontak dengan sesuatu di baliknya atau fakta dengan sesuatu di baliknya. Dalam domain kemanusiaan, kita seyogyanya berdiri pada dua posisi sekaligus, yaitu berdiri di pihak nilai serta berdiri pada posisi yang mampu mengembangkan refleksi kritis,” jelas Prof Mardi.

Prof. Dr. Munira Hasjim, S.S., M.Hum.

Guru Besar Bidang Ilmu Sosiolinguistik Transformasional, Fakultas Ilmu Budaya ini menguraikan gagasannya dalam pidato berjudul “Bahasa dan Martabat Sosial: Suatu Analisis Sosiolinguistik Transformatif dalam Menjawab Disrupsi Komunikasi di Era Digital”.

Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji penggunaan bahasa dalam interaksi sosial. Kehadiran Sosiolinguistik Transformatif merupakan pendekatan sosiolinguistik yang tidak hanya mendeskripsikan fenomena kebahasaan dalam masyarakat, tetapi juga secara aktif mendorong kesadaran linguistik, kesantunan berbahasa, dan pembentukan budaya komunikatif yang inklusif.

“Mengingat pentingnya bahasa sebagai kapital sosial, sosiolinguistik transformatif memiliki misi ganda, yaitu mengenali dan menghargai pluralitas bentuk bahasa sebagai kekayaan sosial, dan memberikan intervensi edukatif untuk membangun kesadaran kritis masyarakat terhadap fungsi sosial bahasa,” jelas Prof Munira.

Perkembangan teknologi informasi telah memicu disrupsi linguistik yang sangat cepat dalam masyarakat. Disrupsi ini tidak hanya menyentuh aspek bentuk dan struktur bahasa, tetapi menyentuh ranah norma, etika dan fungsi sosial bahasa. Dalam konteks ini, sosiolinguistik tidak cukup hanya menjadi alat deskriptif, tetapi harus melahirkan pendekatan baru yang bersifat transformatif.

Prof. Dr. Ansar Arifin, M.S.

Guru Besar Bidang Ilmu Antropologi Maritim, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini menyampaikan pidato penerimaan berjudul “Trojan Altruism dan Hegemoni Pinggawa-Sawi dalam Perspektif Struktur Aktor”.

Kemiskinan di Indonesia dapat dipahami melalui tiga konsep yakni kemiskinan mutlak, relatif, dan struktural. Salah satu contoh nyata kemiskinan struktural adalah relasi patron klien dalam sistem Pinggawa-Sawi. Ketergantungan nelayan pada pemilik modal membuat mereka tak memiliki daya tawar terhadap upah atau harga jual hasil tangkapan. Ketika pilihan ekonomi lain tidak tersedia, lahirlah kondisi yang oleh Prof. Ansar diistilahkan sebagai kemandegan subyek, dimana individu kehilangan kapasitas untuk mengubah nasibnya.

“Hubungan Pinggawa-Sawi dalam masyarakat nelayan bukan sekedar relasi ekonomi, melainkan bagian dari struktur sosial yang kompleks dan berakar. Pinggawa sebagai patron menyediakan modal, perlindungan dan akses bagi Sawi untuk melaut, sementara kelangsungan usaha Pinggawa bergantung pada tenaga kerja Sawi. Relasi ini bersifat timbal balik, namun tidak setara, dan mencerminkan habitus serta struktur sosial yang berulang,” jelas Prof. Ansar.

Pendekatan struktur aktor menjadi perspektif penting dalam memahami realitas sosial budaya kenelayanan, khususnya relasi patron-klien. Teori strukturasi Anthony Giddens menegaskan bahwa struktur dan aktor bukan entitas terpisah, melainkan dua sisi yang tidak membentuk. Struktur ini menciptakan relasi yang melembaga dan membatasi mobilitas vertikal nelayan pekerja.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news