KabarMakassar.com — Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulawesi Selatan (Sulsel), Jufri Rahman menegaskan jika program prioritas Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman dan Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi terus didorong untuk menciptakan progres yang positif.
Beberapa diantaranya, seperti seaplane atau pesawat amfibi yang merupakan moda transportasi baru di Sulsel dan juga pembangunan matano belt road di Luwu Timur.
Selain itu, program nasional seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), pendirian sekolah rakyat serta Koperasi Desa Merah Putih terus digenjot.
Jufri Rahman menyampaikan jika Gubernur Sulsel turut memberi perhatian serius pada bidang pendidikan. Terlebih usai melihat langsung potensi yang ada saat melakukan ibadah haji di Arab Saudi.
“Dia juga menyampaikan kepada Dinas Pendidikan peluang untuk mengisi pasar kerja di Arab Saudi untuk tamatan SMK kita perhotelan,” ujar Jufri pada Senin (16/06).
Lebih lanjut, ia mengatakan, jika terdapat kelemahan dari sumber daya manusia mereka di luar negeri yakni kendala bahasa.
“Pak gubernur tadi menyampaikan, kelemahan pekerja kita disana adalah mereka kurang bahasa. Bahasa inggris dan bahasa arab,” tuturnya.
“Beliau menyarankan kepada seluruh SMK mempersiapkan kemampuan berbahasa untuk mengisi ceruk-ceruk pasar tenaga kerja di Timur Tengah dan di Eropa kalau bisa,” tambahnya.
Diharapkan, ekosistem yang mendukung kemampuan berbahasa bisa segera diwujudkan.
“Aspek kemampuan kerja kita tidak kalah cuman lemah di bahasa. Kalau bisa dibuatkan english camp atau arab camp di sekolah-sekolah kejuruan,” pungkasnya.
Sebelumnya, perkembangan seaplane atau pesawat amfibi sebagai moda transportasi di Sulawesi Selatan (Sulsel) terus digalakkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel.
Seaplane sendiri menjadi salah satu penunjang dalam Sulsel Terkoneksi, yang menjadi program prioritas dari Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman dan Wakil Gubernur Sulsel Fatmawati Rusdi.
Hadirnya transportasi tersebut khususnya dapat membantu dan memudahkan pada wilayah kepulauan. Langkah tersebut selaras dengan kondisi geografis Sulawesi yang memiliki banyak pulau dan garis pantai yang luas.
Diketahui, seaplane merupakan moda transportasi yang mampu lepas landas dan mendarat di atas air. Teknologi ini telah digunakan sejak awal abad ke-20 untuk berbagai kebutuhan, mulai dari patroli militer, penyelamatan, hingga wisata.
Tindak lanjut percepatan program ini, Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulsel, Jufri Rahman, menerima audiensi Direktur Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi, Capt. Daniel Dewantoro Rumani, di Kantor Gubernur Sulsel pada Selasa (06/05).
“Seaplane ini menjadi salah satu fokus prioritas Bapak Gubernur untuk menghadirkan kemudahan layanan transportasi, khususnya di kepulauan,” tukas Jufri Rahman.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Erwin Terwo, mengatakan jika kunjungan Direktur Akademi Penerbangan Indonesia Banyuwangi merupakan tindak lanjut pertemuan sebelumnya dengan Menteri Perhubungan (Menhub).
“Hasil pertemuan tersebut ditindaklanjuti dengan kunjungan ke Sulawesi Selatan untuk melihat lokasi yang paling tepat bagi pendaratan seaplane,” imbuhnya.
Center Point of Indonesia (CPI) Makassar menjadi salah satu lokasi yang akan digunakan untuk pendaratan seaplane.
“Hasil kunjungan kemarin menunjukkan secara teknis bahwa CPI sangat layak. Selain Makassar, beberapa daerah lain juga masuk dalam daftar lokasi pendaratan, seperti Parepare, Palopo, Bone, Selayar, Takabonerate, dan lainnya,” ungkapnya.
Direktur Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi, Capt. Daniel Dewantoro Rumani, menuturkan jika pihaknya berperan sebagai konsultan dalam survei kesiapan pengoperasian seaplane.
“Kami telah melakukan koordinasi dan survei, karena ada beberapa stakeholder yang harus diajak berkoordinasi. Kami sudah mendapatkan kepastian bahwa lokasi tersebut cocok, dan kami akan segera memulai tahap pertama di CPI,” bebernya.
Ia menilai, kehadiran seaplane tidak hanya menjawab kebutuhan masyarakat kepulauan, tetapi juga membuka potensi ekonomi daerah.
Sebelumnya diberitakan, Sekolah Rakyat merupakan program dari pemerintah pusat, yang menjadi gagasan dari Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.
Program tersebut kemudian disebut sebagai upaya dalam mengentaskan serta memutus rantai kemiskinan.
Usai kunjungan Menteri Sosial (Mensos) RI, Saifullah Yusuf ke Sulawesi Selatan (Sulsel) baru-baru ini, diketahui bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dan Kementerian Sosial akan bersinergi dalam pembangunan Sekolah Rakyat.
Hadirnya Sekolah Rakyat mejadi jawaban bagi masyarakat miskin dan miskin ekstrem. Karena, masyarakat yang tergolong dalam kategori tersebut tidak terlalu memperhatikan masalah pendidikan, sebab lebih berfokus untuk memenuhi kebutuhan seperti makan sehari-hari.
Kepala Dinas Sosial Sulsel Abdul Malik Faisal menyampaikan jika Sekolah Rakyat diperuntukkan khususnya mulai tingkatan SD hingga SMA.
“Untuk anak kita yang ada dari keluarga tidak mampu, terutamanya dari desil 1 dan desil 2, yang betul-betul sangat miskin atau miskin ekstrem,” ujarnya pada Selasa (13/05).
Ia menegaskan, hal tersebut dilakukan untuk memberi pelayanan dan kesempatan yang sama bagi anak-anak agar mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Lebih jauh, Abdul Malik mengatakan seluruh anak atau siswa nantinya akan on boarding atau berada di asrama agar mereka dapat fokus terhadap pendidikan yang ditempuh.
“Jam belajar lebih banyak, akan ada banyak aktivitas-aktivitas didalam,” paparnya.
Namun, untuk saat ini, kata Abdul Malik, program Sekolah Rakyat yang dilaksanakan masih dalam tahap pertama.
Berdasarkan Kementerian Sosial, Sekolah Rakyat akan dilaksanakan di beberapa titik di Sulsel. Abdul Malik turut membeberkan beberapa lokasinya.
“Di Wajo ada 1 titik dengan 150 siswa itu SMP-SMA, kemudian di Pangkep ada 100 siswa itu 4 rombel itu untuk tingkat SMP-SMA juga,” tukasnya.
Selanjutnya, di Bone ada 100 siswa, untuk Takalar dan Gowa masing-masing 100 siswa.
Sedangkan untuk di Makassar terdapat dua titik yaitu di Balai Diklat juga bangunan BPSDM.
“Bapak Gubernur memberikan bangunan BPSDM untuk digunakan sebagai Sekolah Rakyat, ini kapasitasnya sampai 200 siswa,” ujarnya.
Abdul Malik menyebut terdapat dua jenis Sekolah Rakyat yaitu existing dan pembangunan baru.
“Jadi existing itu yang ada sekarang ini tahap pertama, tapi ini semua sementara. Setelah bangunan, insya Allah tahun depan selesai, akan pindah ke bangunan yang lebih permanen yang rata-rata luasnya itu diatas 6 hektar,” tuturnya.