KabarMakassar.com — Bisul merupakan benjolan yang berisi nanah dan terbentuk di bawah permukaan kulit akibat infeksi bakteri atau peradangan. Kondisi tersebut biasanya menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman.
Penyebab utama bisul ialah bakteri Staphylococcus aureus, yang umumnya masuk melalui luka kecil pada kulit. Setelah masuk, bakteri itu akan memicu infeksi yang akhirnya menyebabkan pembentukan bisul.
Bisul acap kali muncul di area tubuh tertentu seperti wajah, leher, ketiak, paha, dan bokong. Area ini lebih rentan disebabkan karena sering bergesekan atau lembap, sehingga memudahkan bakteri berkembang.
Salah satu cara efektif untuk mencegah munculnya bisul yakni dengan menjaga pola makan. Sejumlah jenis makanan diketahui dapat meningkatkan risiko timbulnya bisul.
Makanan tertentu bisa menimbulkan reaksi alergi ringan, seperti ruam dan gatal. Ketika digaruk, kulit bisa terluka dan menjadi pintu masuk bagi bakteri penyebab infeksi.
Makanan yang tinggi kandungan gula, protein, serta lemak dapat memicu peradangan dan memperparah kondisi kulit. Konsumsi berlebihan makanan-makanan itu perlu dihindari.
Dengan menjaga kebersihan diri serta membatasi makanan pemicu, risiko munculnya bisul bisa diminimalkan. Pola hidup sehat menjadi kunci utama untuk mencegah infeksi kulit seperti bisul.
Dilansir dari Alodokter yang merupakan mitra resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, berikut sejumlah makanan yang dianjurkan untuk dibatasi asupannya:
1. Makanan laut
Makanan laut seperti ikan, kerang, serta lobster dikenal sebagai sumber protein yang baik bagi tubuh. Konsumsi makanan ini mampu membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Walau bermanfaat, sebagian orang memiliki alergi terhadap makanan laut. Reaksi alergi ini dapat muncul setelah mengonsumsi makanan tersebut.
Gejala alergi yang umum terjadi antara lain ruam kulit juga benjolan merah yang disertai rasa gatal. Kondisi ini bisa amat mengganggu kenyamanan penderitanya.
Rasa gatal ini sering kali mendorong seseorang untuk menggaruk area kulit yang terdampak. Kebiasaan tersebut sebenarnya bisa memperburuk kondisi kulit.
Menggaruk secara berlebihan mampu menyebabkan luka terbuka pada kulit. Luka itu menjadi titik lemah yang memungkinkan bakteri masuk dengan mudah.
Apabila bakteri berhasil masuk, terutama Staphylococcus aureus, maka risiko terbentuknya bisul pun meningkat. Oleh sebab itu, penting untuk menangani alergi dengan hati-hati dan menghindari pemicu yang diketahui.
2. Makanan cepat saji
Makanan cepat saji seperti ayam goreng serta kentang goreng dikenal memiliki kandungan lemak serta kalori yang tinggi. Jenis makanan tersebut sering dikaitkan dengan berbagai masalah kulit.
Salah satu dampak dari konsumsi makanan cepat saji yakni munculnya jerawat. Hal tersebut terjadi karena makanan tersebut dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh.
Perubahan hormon akibat makanan cepat saji dapat merangsang produksi minyak berlebih pada kulit. Minyak yang berlebihan ini mampu menyumbat pori-pori.
Ketika pori-pori tersumbat oleh minyak serta sel kulit mati, maka terbentuklah kondisi yang mendukung timbulnya jerawat atau bahkan bisul.
Bisul mampu berkembang dari folikel rambut yang meradang akibat infeksi. Minyak berlebih di kulit menciptakan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Oleh sebab itu, konsumsi makanan cepat saji dalam jumlah banyak dan terlalu sering dapat meningkatkan risiko infeksi kulit. Bisul pun bisa lebih mudah muncul dalam kondisi ini.
Untuk menjaga kesehatan kulit, dianjurkan untuk membatasi makanan cepat saji dan perbanyak konsumsi makanan sehat yang rendah lemak dan kaya serat.
3. Telur
Telur diketahui sebagai salah satu sumber makanan tinggi protein. Selain itu, telur turut mengandung vitamin, mineral, lemak sehat, serta antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh.
Karena kandungan gizinya yang lengkap, maka telur sering dianggap sebagai makanan yang bergizi. Tetapi, ada anggapan bahwa konsumsi telur berlebihan bisa memicu bisul.
Sebenarnya, telur bukanlah penyebab langsung munculnya bisul tersebut. Namun, pada sebagian orang yang memiliki alergi terhadap telur, konsumsi makanan ini dapat memicu reaksi pada kulit.
Reaksi yang umum terjadi akibat alergi telur diantaranya adalah ruam dan rasa gatal. Ketika digaruk terus-menerus, kulit bisa mengalami iritasi dan luka kecil.
Luka tersebut membuka jalan bagi bakteri, misalnya Staphylococcus aureus, masuk ke dalam kulit. Apabila infeksi terjadi, risiko terbentuknya bisul pun meningkat.
4. Makanan tinggi gula
Makanan yang mengandung gula tinggi mampu memicu munculnya bisul jika dikonsumsi secara berlebihan. Gula berlebih dalam tubuh akan berdampak langsung pada kesehatan kulit.
Konsumsi makanan manis bisa menyebabkan peningkatan kadar insulin dalam darah. Hormon insulin tersebut memiliki peran penting dalam berbagai proses tubuh, termasuk metabolisme.
Kadar insulin yang terlalu tinggi dapat memicu produksi minyak berlebih di kulit. Minyak yang menumpuk ini kemudian mampu menyumbat pori-pori dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri.
Akibatnya, kulit menjadi lebih rentan untuk mengalami peradangan dan infeksi. Salah satu bentuk infeksi tersebut ialah bisul, yang biasanya terasa nyeri dan berisi nanah.
Oleh sebab itu, penting untuk membatasi asupan gula harian agar kesehatan kulit tetap terjaga dan risiko munculnya bisul dapat dikurangi.
5. Dada ayam
Dada ayam adalah salah satu jenis makanan yang kaya akan protein. Kandungan proteinnya dikenal bermanfaat, terkhususnya dalam membantu meningkatkan massa otot tubuh.
Tetapi, tidak semua orang dapat mengonsumsi ayam tanpa masalah. Sejumlah individu memiliki alergi terhadap protein dalam ayam, yang dapat menimbulkan reaksi pada kulit.
Reaksi alergi yang muncul umumnya berupa iritasi, kemerahan, rasa gatal, atau ruam pada permukaan kulit. Kondisi tersebut bisa sangat mengganggu kenyamanan.
Apabila rasa gatal digaruk terlalu keras, kulit dapat mengalami luka. Luka ini mampu menjadi pintu masuk bagi bakteri penyebab infeksi kulit, termasuk bisul.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari menggaruk area kulit yang terkena alergi untuk mencegah luka terbuka dan infeksi lebih lanjut. Penanganan alergi yang tepat amat penting untuk mencegah komplikasi.