
KabarMakassar.com — Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka menyampaikan permohonan maafnya akibat adanya dugaan penolakan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sulbar yang mengakibatkan pasien meninggal dunia.
“Saya Gubernur mohon maaf atas kejadian ini yang tidak mengenakkan dan menyesakkan kita,” kata Gubernur Suhardi Duka, Selasa (22/04).
Gubernur Sulbar mengaku menyesali adanya kejadian tersebut. Dia menegaskan akan mengevaluasi seluruh pejabat yang ada di RSUD Sulbar itu termasuk Standar Operasional Prosedur (SOP) nya.
“Saya menyesalinya dan akan mengevaluasi seluruh pejabat yg ada dirumah sakit regional termasuk sopnya. Kejadian ini tidak boleh terjadi di setiap institusi pemerintah,” tegasnya.
SDK sapaan akrabnya juga menuturkan, sesungguhnya ia bersama Wakil Gubernur Salim S Mengga ingin gerak cepat menata pejabat di Sulbar namun terhambat oleh regulasi.
“Tapi karena aturan yang ketat tentang muatasi dan lain-lain, yah kita tunggu dan ikuti aturannya,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Direktur RSUD Provinsi Sulawesi Barat, dr. Hj. Marintani Erna Dochri, menyampaikan permohonan maaf atas kejadian meninggalnya pasien kecelakaan yang sebelumnya diberitakan ditolak oleh pihak Rumah Sakit.
Ia mengungkapkan bahwa informasi yang beredar tidak seperti kejadian sebenarnya.
“Kami tidak pernah menolak pasien, tapi menyarankan ke rumah sakit terdekat, karena kondisi IGD yang tidak memungkinkan karena bed penuh dan bahkan sebagian pasien ada yang di kursi. Sesuai SOP, sebenarnya tidak boleh ada pasien di kursi tapi kami berpikir kemanusiaan sehingga ditangani dulu. Namun saat korban datang sudah sangat tidak memungkinkan untuk ditangani di IGD, apalagi kondisi pasien butuh penanganan serius dengan posisi berbaring sehingga membutuhkan bed (tempat tidur), dan saat itu tidak ada pasien lain yang memungkinkan untuk kami dipindahkan ketempat lain,” kata dr. Marintani Erna.
Namun itu, dr. Hj. Marintani Erna Dochri, menjadikan ini sebagai bahan evaluasi untuk memberikan pelayan yang lebih baik, imbuhnya.
Sementara itu, Dokter IGD RSUD Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) juga membantah berita yang beredar tentang adanya penolakan pasien yang ingin mendapatkan tindakan medis. Ia mengaku cuma menyarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit terdekat lainnya sebab kondisi IGD tidak memungkinkan untuk segera memberikan tindakan medis sebab pasien IGD saat itu sedang full dan para perawat juga sedang menangani pasien lainnya.
dr. Yana sebagai penanggung jawab jaga waktu pasien datang menjelaskan, saat pasien datang ke IGD RSUD Regional Sulbar menggunakan mobil open cap masih dalam keadaan sadar. Namun ruangan IGD sementara full dan tidak ada bed (tempat tidur), bahkan beberapa pasien harus di kursi ditangani.
Sehingga, Ia pun sempat meminta maaf dan menyarankan kepada pengantar korban agar membawanya ke rumah sakit terdekat lainnya yakni RS Bhayangkara.
“Saya sendiri yang langsung melayani pasien saat datang dan saat itu pasien masih dalam keadaan sadar. Namun karena full IGD dan ada beberapa pasien juga berada di lorong IGD hingga sebagian di kursi sehingga ia memintanya untuk dibawa ke RSUD terdekat,” kata Dokter Yana, Selasa (22/04).
“Makanya saat itu kami meminta maaf, dan menyarankan ke rumah sakit terdekat. Tak lama berselang, pasien bersama keluarganya pulang dan membawanya ke RS Bhayangkara,” tambahnya.