Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, (Dok: Sinta KabarMakassar).KabarMakassar.com — Kesempatan kerja bagi masyarakat di wilayah kepulauan Kota Makassar masih jauh tertinggal dibandingkan warga di daratan. Di Kecamatan Sangkarrang yang terdiri dari tiga kelurahan, Barrang Caddi, Barrang Lompo, dan Kodingareng angka pengangguran mencapai sekitar 5 persen dari total 12 ribu jiwa atau lebih dari 3.000 kepala keluarga (KK).
Kondisi ini membuat sebagian besar warga harus meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pekerjaan di kota atau bahkan ke luar daerah. Camat Sangkarrang, Andi Asdar, mengakui bahwa minimnya lapangan kerja menjadi salah satu persoalan sosial terbesar di wilayah kepulauan.
“Ada beberapa warga kita tamatan SMA dan kuliah, tapi susah sekali cari lowongan kerja. Banyak yang akhirnya memilih merantau,” ujar Asdar.
Ia menambahkan, persoalan pengangguran bukan hanya berdampak pada ekonomi keluarga, tetapi juga berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
Minimnya kesibukan, kata dia, bisa memicu warga terjerumus ke aktivitas negatif seperti konsumsi minuman keras (miras) dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
“Kalau mereka tidak punya pekerjaan, kami khawatir muncul kebiasaan-kebiasaan buruk. Di pulau miras itu gampang sekali masuk, kami pernah razia dan temukan banyak yang menjual,” ungkapnya.
Melihat kondisi ini, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin (Appi) menegaskan komitmen pemerintah kota untuk menghadirkan solusi nyata melalui program pelatihan kerja dan pemberdayaan masyarakat pulau.
Appi mengatakan, Pemkot Makassar akan menggandeng Balai Latihan Kerja (BLK) untuk memberikan pelatihan langsung di wilayah kepulauan.
Program ini diharapkan menjadi langkah konkret untuk meningkatkan keterampilan warga dan menciptakan kemandirian ekonomi tanpa harus bergantung pada daratan utama.
“Kita akan hadirkan pelatihan langsung di pulau. Mereka cukup berkumpul di lokasi pelatihan, tidak perlu jauh ke kota,” kata Appi, Jumat (10/10).
Appi mengakui, akses menuju pulau-pulau di sekitar Makassar memang tidak mudah. Saat musim barat dan timur, gelombang laut bisa mencapai 3–4 meter, dan permukaan air naik hingga 1,8 meter, menyulitkan mobilitas warga.
“Untuk masuk ke kota butuh effort luar biasa. Karena itu, pelatihan harus dibawa ke mereka, bukan sebaliknya,” tegasnya.
Melalui program ini, Pemkot menargetkan masyarakat di tiga kelurahan Sangkarrang dapat mengembangkan keahlian produktif seperti pengolahan hasil laut, keterampilan digital, hingga kerajinan berbasis lokal.
Selain itu, Appi juga menekankan pentingnya pendidikan kreatif berbasis pengalaman sebagai cara cepat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di kepulauan.
“Pendidikan modern itu bukan hanya teori, tapi bagaimana siswa dan warga bisa mengembangkan keterampilan praktis yang bernilai ekonomi,” jelasnya.
Lebih jauh, Appi menyoroti potensi besar masyarakat Sangkarrang yang memiliki SDM unggul namun belum sepenuhnya diberdayakan karena terbatasnya akses pekerjaan. Ia menegaskan, berbagai gagasan masyarakat perlu dijawab dengan aksi nyata dan berkelanjutan.
“Banyak ide bagus muncul dari warga, tapi yang dibutuhkan adalah tindak lanjut konkret agar mereka benar-benar bisa mandiri,” kata Appi.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Pemkot juga mendorong penguatan sektor ekonomi kreatif melalui program unggulan Makassar Creative Hub (MCH) yang dirancang bersama Wakil Wali Kota Fatmawati Aliyah.
Program ini menjadi pelengkap pendidikan vokasi, membuka ruang pembelajaran dan peluang usaha bagi generasi muda serta pelaku industri kreatif di kepulauan.
“Makassar harus menjadi kota yang memberi kesempatan setara bagi semua warganya, termasuk di pulau-pulau. Dengan pelatihan, kreativitas, dan kolaborasi, kita bisa wujudkan kemandirian ekonomi di Sangkarrang,” tutup Appi.

















































