Suasana Warga Pada Pemilihan di Kecamatan Wajo Dok: Sinta KabarMakassar).KabarMakassar.com — Pemilihan RT/RW di Kecamatan Wajo berlangsung dengan dinamika yang cukup berwarna.
Camat Wajo, Maharuddin, mengungkapkan bahwa proses pemilihan tahun ini tidak hanya diwarnai tingginya partisipasi warga, tetapi juga kreativitas petugas TPS hingga munculnya sejumlah calon tunggal di beberapa wilayah.
Maharuddin menjelaskan bahwa di Kelurahan Mampu terdapat enam TPS yang beroperasi. Sementara itu, di seluruh Kecamatan Wajo jumlah TPS mencapai 43 titik. Dua di antaranya berada di area asrama sehingga tidak menggelar pemilihan.
“Total TPS di Kelurahan Mampu itu ada enam. Di Kecamatan Wajo sendiri ada 43 TPS, hanya dua yang tidak mengadakan pemilihan karena masuk area asrama,” ujarnya.
Ia juga menyoroti keunikan yang muncul di beberapa TPS. Sejumlah petugas menghias TPS mereka dengan berbagai ornamen budaya Makassar yang mencolok. Saat ditanya apakah hal tersebut bagian dari perlombaan resmi kecamatan, Maharuddin menegaskan bahwa inisiatif tersebut lahir dari tingkat kelurahan.
“Kelurahannya yang berinisiatif untuk diperlombakan. Jadi semua petugas TPS berlomba membuat TPS-nya seunik mungkin,” jelasnya.
Saat ditanya apakah itu program khusus kecamatan, ia menambahkan, “Tidak juga, itu murni inisiatif lurahnya masing-masing untuk membakar semangat warga,” katanya
Selain kreativitas TPS, fenomena calon tunggal juga muncul cukup banyak. Maharuddin menyebut bahwa untuk tingkat RW terdapat enam calon tunggal, termasuk dua dari wilayah asrama yang dipilih secara langsung. Sementara untuk tingkat RT jumlahnya lebih banyak.
“Calon tunggal RW ada enam orang. Untuk RT ada sekitar 30-an. Bahkan ada juga RT yang tidak punya calon sama sekali, sekitar empat,” ungkapnya.
Dinamika lain yang turut mewarnai proses pemilihan adalah persoalan Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sejumlah warga mengeluhkan tidak tercantum dalam daftar, namun pemerintah kecamatan telah menyiapkan mekanisme perbaikan.
“Ada juga warga yang merasa tidak terdaftar di DPT, tapi kami buka kesempatan 10 hari untuk mendaftar kembali bagi yang tidak ada namanya,” katanya.
Namun, di lapangan pihaknya kerap menemui kendala saat melakukan verifikasi data.
“Kendala itu biasanya saat petugas kami datang, ada warga yang tidak mau memperlihatkan KK atau KTP-nya. Sekarang masyarakat sensitif soal data, takut dipergunakan untuk apa,” jelasnya.
Meski demikian, Maharuddin menilai secara prinsip seluruh warga sebenarnya memenuhi syarat terdaftar dalam DPT. Hanya saja, partisipasi dalam proses pendataan masih perlu ditingkatkan.
“Kalau saya anggap, sebenarnya semua terdaftar. Hanya inisiatif mereka yang mungkin masih kurang,” ujarnya.
Ia merinci bahwa jumlah pemilih yang tercatat dalam DPT awalnya sebanyak 4.063 orang. Setelah proses verifikasi ulang dan penyesuaian kebutuhan surat suara, jumlah yang dipastikan terdaftar efektif berada di kisaran tiga ribu lebih pemilih.
“Setelah diverifikasi jadi sekitar tiga ribu lebih. Kita siapkan kertas suara sesuai hitungan karena jumlahnya harus pas,” katanya.
Dengan beragam dinamika mulai dari TPS kreatif, calon tunggal, hingga penyesuaian DPT, Kecamatan Wajo menunjukkan bahwa pemilihan RT/RW bukan hanya agenda administratif, tetapi juga proses sosial yang melibatkan partisipasi, inisiatif, dan kedewasaan warga dalam berdemokrasi.

















































