Harianjogja.com, JAKARTA—Toyota Motor Corp merespons kabar tentang rencana akuisisi produsen kendaraan listrik asal China, Neta Auto, yang tengah dilanda krisis keuangan.
Sebelumnya, kabar tersebut mencuat usai sejumlah media lokal asal China, salah satunya IT Home yang menyebut bahwa akuisisi itu akan menyelamatkan bisnis Neta dan membantu Toyota dalam mengembangkan kendaraan listrik di China.
BACA JUGA: Produksi Global Toyota Turun
Kendati demikian, Kepala Komunikasi Merek Toyota Motor (China) Investment Co., Ltd., Xu Yiming dengan tegas membantah rumor mengenai kemungkinan akuisisi Neta tersebut.
Pasalnya, Neta Auto, kini justru menghadapi ancaman kebangkrutan setelah mengalami krisis keuangan yang berkepanjangan.
"Kami belum pernah mendengar tentang hal ini dan meminta bantuan untuk meluruskan rumor ini," ujar Xu Yiming mengutip CarNewsChina pada Minggu (18/5/2025).
Adapun, pada 13 Mei 2025, pengadilan di Jiaxing, Provinsi Zhejiang, menerima permohonan peninjauan kebangkrutan terhadap Hozon New Energy Automobile Co., Ltd., induk perusahaan Neta Auto. Permohonan itu diajukan oleh Shanghai Yuxing Advertising Co., Ltd.
Proses ini menandai langkah awal dalam prosedur reorganisasi kebangkrutan sesuai hukum China, di mana perusahaan memiliki waktu tujuh hari untuk mengajukan keberatan setelah diberitahu oleh pengadilan.
Sebelumnya, Neta Auto telah berupaya mengatasi krisis keuangan dengan merestrukturisasi utang. Pada Maret 2025, perusahaan mencapai kesepakatan konversi utang menjadi saham senilai lebih dari 2 miliar yuan dengan 134 pemasok utama, termasuk CATL dan Gotion High-Tech. Namun, upaya ini belum cukup untuk menarik investor baru.
Rencana pendanaan Seri E senilai 4 miliar hingga 4,5 miliar yuan yang diumumkan pada Januari 2025 juga gagal terealisasi. Dana yang dijanjikan oleh investor utama sebesar 3 miliar yuan belum masuk hingga pertengahan Mei 2025, menghambat rencana pemulihan produksi dan pengembangan perusahaan.
Dengan total utang mencapai hampir 10 miliar yuan, masa depan Neta Auto kini bergantung pada hasil proses hukum dan kemampuan perusahaan untuk menarik kembali kepercayaan investor.
Sebagai tambahan informasi, pada 2024, penjualan Neta turun menjadi 64.500 unit. Sementara itu, pada Januari 2025, penjualan Neta anjlok hampir 98% secara year-on-year (YoY) menjadi hanya 110 unit mobil.
Di lain sisi, alih-alih mengakuisisi Neta, Toyota sejatinya telah mengembangkan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) di Negeri Tirai Bambu, yakni Toyota bZ3X. Mobil itu merupakan hasil kerja sama Toyota dengan pabrikan China, Guangzhou Automobile Group (GAC).
Harga mobil Listrik bZ3X dibanderol 104.800 yuan atau sekitar Rp239,2 jutaan, serta perdana diluncurkan di ajang Beijing Auto Show pada akhir 2024 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis