
KabarMakassar.com — Penjualan hewan kurban jelang Idul Adha di Kota Makassar belum menunjukkan geliat seperti tahun-tahun sebelumnya.
Salah satu penjual sapi di kawasan Borong Raukang, Antang, Daeng Serang mengaku hanya mampu menjual sekitar 10 ekor dari total 38 sapi yang disiapkan tahun ini.
“Baru sekitar sepuluh ekor yang laku sampai sekarang. Masih ada sisa 37 ekor di kandang,” ujarnya, Kamis (05/06).
“Satu ekor laku pas masuk Iduladha, setelah itu pelan sekali,” sambungnya.
Menurutnya, tahun ini pasar hewan kurban sepi pembeli. Ia menduga hal ini terjadi karena membanjirnya jumlah penjual dan munculnya persaingan yang semakin ketat.
“Mungkin karena terlalu banyak mi penjual sekarang. Tidak seperti dulu,” keluhnya.
Berbeda dengan kebanyakan penjual yang menjajakan sapi di pinggir jalan raya demi menarik perhatian pembeli, Daeng Serang memilih untuk menyimpan sapinya di kandang permanen sesuai Standar yang ditetapkan oleh pemerintah kota Makassar. Meski kandang itu telah direnovasi dan lebih nyaman dibanding tahun lalu, tidak mempengaruhi daya tarik pembeli.
“Tahun lalu kandangnya masih pakai kayu. Sekarang sudah tembok, lebih rapi, makanannya juga sudah diatur lebih bagus. Tapi ya tetap saja, kurang pembeli,” ungkapnya.
Untuk harga, sapi kurban milik Daeng Serang dibanderol bervariasi, tergantung ukuran dan berat badan hewan.
“Ada yang Rp12,5 juta, ada juga yang Rp15 juta, Rp20 juta bahkan sampai Rp50 juta untuk yang besar,” ujarnya.
Penjualannya pun tidak semua lewat pasar terbuka, tapi berdasarkan pesanan atau relasi yang sudah rutin membeli tiap tahun.
“Kalau tahun lalu bisa habis semua, tahun ini kita belum tahu. Mudah-mudahan masih ada tambahan pembeli,” harapnya.
Tak hanya soal persaingan, Daeng Serang menyebut bahwa tren masyarakat yang mulai beralih ke kambing juga sedikit banyak memengaruhi permintaan sapi. Bahkan dalam keluarganya sendiri, ada yang kini mulai berjualan kambing.
“Kalau ada pembeli sapi yang bilang lebih minat kambing, saya arahkan ke keluarga,” katanya.
Di tengah tantangan ini, Daeng Serang juga berharap ada perhatian dari pemerintah, khususnya terkait pakan dan perawatan hewan.
“Kalau bisa ada bantuan, misalnya pakan atau obat-obatan seperti obat cacing. Karena sekarang makanan sapi bukan cuma rumput, tapi juga ampas tahu, ampas tempe, dan itu harus rutin. Obat cacing juga harus tiap tiga bulan,” jelasnya.
“Untung mi itu kalau dapat,” ujarnya lirih, mengungkapkan realita bahwa keuntungan tahun ini masih sangat bergantung pada sisa waktu jelang hari H pemotongan kurban.
Daeng Serang kini hanya bisa berharap kondisi pasar bisa lebih bergairah ditahun depan, dan masyarakat kembali melirik sapi sebagai hewan kurban utama.