Paniradya Pati Paniradya Keistimewan DIY, Aris Eko Nugroho (tengah) berbicara dalam Rembag Kaistimewan-Handayani bertajuk Bonsai Fest: Seni Bonsai sebagai Warisan Budaya dan Ajang Promosi Wisata, Kamis (19/6 - 2025). / IST
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Handayani Bonsai Festival sukses digelar pada 18-22 Juni 2025 di Wonosari, Gunungkidul.
Melibatkan partisipasi dari 708 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, Handayani Bonsai Festival berpotensi menjadi daya tarik wisata dan ekonomi Gunungkidul.
Handayani Bonsai Festival didukung oleh Paniradya Kaistimewan DIY dengan Dana Keistimewaan atau Danais.
Paniradya Pati Paniradya Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho, menjelaskan bonsai menjadi salah satu potensi yang dimiliki Gunungkidul.
“Selama ini anggapannya orang yang menyukai bonsai akan merusak alam. Nah kita berusaha membuat sesuatu yang berbeda, bonsai tidak harus merusak alam, tapi bagaimana bersama-sama menjaga alam di Jogja agar bermanfaat bagi kita,” ujarnya pada Rembag Kaistimewan dengan tema Handayani Bonsai Fest: Seni Bonsai sebagai Warisan Budaya dan Ajang Promosi Wisata, di Youtube Paniradya Kaistimewan DIY, Kamis (19/6/2025).
Bonsai, dalam praktiknya, bisa merusak alam jika pengambilan bahan bakunya tidak dilakukan secara bertanggung jawab dan berlebihan.
BACA JUGA: Sultan HB X Melantik Penjabat Sekda DIY Aria Nugrahadi
Namun, bonsai juga bisa menjadi cara untuk melestarikan tanaman, terutama jika dilakukan dengan prinsip-prinsip yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan filosofi Hamemayu Hayuning Bawana.
Untuk pelaksanaan Handayani Bonsai Festival, Paniradya Kaistimewan mendukung pembiayaan senilai Rp283 juta. “Bonsai sifatnya hanya pemantik. Karena itu sifatnya hobbies, pasti ada pehobinya atau pembonsai. Kedua, ada pedagang dan kolektor. Ini semua tumbuh di komunitas. Pemda berusaha memfasilitasi,” tambah Aris.
BACA JUGA: Sri Sultan Serahkan Proses Pembebasan Lahan Warga Tegal Lempuyangan kepada KAI
Titik Awal
Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Gunungkidul, Hari Susanto, menuturkan di Gunungkidul baru disahkan Perda No.2/2024 tentang Ekonomi Kreatif. “Kami tangkap ini sebagai peluang untuk titik awal gerak menumbuhkan ekonomi kreatif di Gunungkidul,” katanya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pariwisata Gunungkidul menggandeng Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI). Bonsai di Gunungkidul dinilai menjadi potensi wisata dan ekonomi. “Sekarang harganya cukup fantastis, ada yang sampai Rp2,5 miliar,” ungkapnya.
Festival ini, menurut dia, menjadi pemantik dengan harapan muncul multiplier effect di dalamnya. “Bisa bertemu pembudidaya, petani dan kolektor. Ini magnet daya tarik wisata yang baru. Tahun depan akan kami konsep sebagai paket wisata tematik,” kata dia.
Ketua Panitia Handayani Bonsai Festival, Agus Risdiyanto, mengatakan dengan adanya perkembangan teknologi, pengembangan bonsai saat ini semakin mudah. Harga bonsai bisa fantastis karena memang dibentuk dengan metode tersendiri.
“Respons dari masyarakat sangat baik. Di hari pertama kemarin Alhamdulillah membeludak pengunjungnya. Pagi pukul 03.00 WIB, tamu dari Magelang masih datang. Hari pertama sudah beberapa yang beli belasan pohon dengan total transaksi Rp12 juta,” ujarnya.
Pengembangan bonsai mendapat dukungan dari danais karena masuk salah satu dari tujuh objek kebudayaan, yakni Pengetahuan Teknologi. Diharapkan melalui pengembangan ekosistem bonsai ini dapat terus meningkatkan daya tarik wisata dan ekonomi masyarakat Gunungkidul. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News