Harianjogja.com, BANDUNG—Koperasi Unit Desa (KUD) yang dulu sempat berjaya, banyak yang tumbang karena Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang mengintervensi kebijakan Indonesia. Hal ini diutarakan Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono.
Bahkan menurut Ferry, KUD pernah memiliki peran penting dalam menjadikan Indonesia mandiri dalam pengadaan dan produksi beras (swasembada beras).
"KUD itu banyak yang kemudian tidak aktif lagi karena waktu IMF tahun 1998 memaksa pemerintah Indonesia untuk menarik peran negara dalam mengatur pangan dan pertanian, yang menjadikan KUD-KUD mati," kata Ferry di Bandung, Sabtu (10/5/2025).
Akhirnya karena hal tersebut, lanjut Ferry banyak kooperasi (KUD) yang tadinya koperasi-koperasi produktif hanya menjadi koperasi yang kegiatannya simpan pinjam.
Tapi di sisi lain, koperasi simpan pinjam (yang resmi), menurut Ferry, menjadi positif dan cukup dibutuhkan terlebih saat kondisi seperti ini, di mana banyak muncul praktik rentenir atau bank keliling.
BACA JUGA: Distribusi LPG 3 Kg Bakal Diawasi Badan Khusus
"Perannya bagus. Hasil survei sosial ekonomi nasional, masyarakat menjadikan kooperasi simpan pinjam pilihan utama setelah bank. Jadi perannya sangat besar juga kegiatan ini di koperasi desa adalah memastikan supaya pinjaman online itu masyarakat tidak tergantung, kemudian rentenir, kemudian praktik bank dengan pengenaan bunga yang sangat tinggi," ucapnya.
Meski demikian, Ferry mengatakan pemerintah yang berencana membentuk Koperasi Merah Putih, dalam waktu dekat, akan mendorong dan menargetkan koperasi itu tidak hanya menjadi koperasi simpan pinjam, akan tetapi menjadi koperasi yang produktif.
"Nanti hasil produksinya, semisal hasil panen pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, itu kan dikelola oleh koperasi," katanya.
Karena, lanjutnya, pemerintah menginginkan koperasi tidak lagi hanya mengelola usaha kecil, namun boleh masuk ke sektor pertambangan, perkebunan kelapa sawit dan bahkan punya pabrik.
"Dulu kita punya industri tekstil, pabrik tekstil, namanya gabungan koperasi batik, kita mau hidupkan lagi sekarang. Ada gabungan koperasi susu, kita akan bikin pabrik pengolahan susu, mulai dari pasteurisasi sampai produksi susu UHT. Jadi koperasi harus gede," ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan kajian dari beberapa sumber, bergugurannya KUD disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ketidakmampuan bersaing dengan badan usaha lain yang lebih profesional, praktik korupsi internal, dan kebijakan ekonomi yang lebih mendukung korporasi besar, seperti yang terjadi selama Orde Baru.
Selain itu, KUD yang terlalu bergantung pada fasilitas dan subsidi pemerintah seringkali mengalami kesulitan ketika bantuan tersebut ditarik, dan kurangnya regenerasi kepengurusan serta adaptasi terhadap perubahan zaman juga menjadi faktor penting yang menyebabkan KUD kehilangan daya saing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara