Sejumlah wisudawan dan wisudawati inspiratif dihadirkan dalam wisuda Sekolah Lansia Salimah di aula kompleks perkantoran 2 Pemkab Bantul, Sabtu (13/12 - 2025).
Harianjogja.com, BANTUL — Sekolah Lansia Salimah (Salsa) DIY mewisuda sebanyak 206 warga lanjut usia (lansia) dalam sebuah prosesi yang digelar di aula kompleks perkantoran 2 Pemkab Bantul, Sabtu (13/12/2025). Para wisudawan berasal dari jenjang S1, S2, dan S3 Sekolah Lansia, sebagai penanda tuntasnya satu tahun proses pembelajaran berbasis edukasi. Peserta tertua tercatat berusia 93 tahun.
Direktur Salsa DIY, Prasasti Bintarum, menjelaskan sekolah lansia ini berdiri sejak 2018 dan diawali dari Kabupaten Bantul. Program tersebut dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, serta kualitas hidup lansia agar tetap sehat, mandiri, dan bahagia.
“Di Bantul saat ini sudah ada 35 Salsa yang tersebar di berbagai kapanewon dengan sekitar 1.260 lansia siswa. Untuk tingkat DIY terdapat sekitar 70 Salsa dengan total kurang lebih 3.060 lansia di empat kabupaten dan satu kota,” ujar Prasasti.
Ia menerangkan, model pembelajaran Salsa bersifat fleksibel dan membahagiakan. Kegiatan belajar dapat dilakukan di berbagai lokasi, mulai gedung serbaguna, masjid, hingga rumah warga. Materi yang diajarkan meliputi kesehatan, psikologi, kesenian, keagamaan, keterampilan, hingga aktivitas fisik seperti senam lansia.
Proses belajar ditempuh selama satu tahun dengan 12 kurikulum. Tidak ada ujian tertulis, sementara syarat kelulusan cukup dengan kehadiran minimal 80 persen. “Yang penting lansia senang dan rajin sekolah. Tidak ada ujian, tetapi tetap ada sertifikat S1, S2, dan S3,” katanya.
Prasasti menambahkan, Sekolah Lansia Salimah tidak memungut biaya pendidikan. Para pengajar berasal dari berbagai latar belakang, mulai dosen UGM dan UNY, dokter, psikolog, hingga praktisi, yang mengajar secara sukarela. Peserta hanya menyiapkan kebutuhan konsumsi secara mandiri.
Menurutnya, keberadaan sekolah lansia menjadi penting mengingat DIY memiliki persentase lansia tertinggi di Indonesia. “Kalau lansia tidak disiapkan agar sehat dan bahagia, dikhawatirkan akan menjadi beban keluarga dan negara. Kami hadir untuk memastikan lansia tetap aktif, sehat, mandiri, dan tangguh,” jelasnya.
Salah satu wisudawati, Dian Munardani (64), mengaku bangga bisa mengikuti wisuda Sekolah Lansia Salimah. “Memakai toga ini rasanya luar biasa. Bisa berfoto dan jadi kenangan untuk anak serta cucu. Kami sebagai orang tua akhirnya bisa merasakan sekolah,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi para pengurus dan narasumber yang dengan sabar membimbing para lansia. “Ilmunya luar biasa dan disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Harapannya, program ini terus berlanjut dan para pengurus tidak bosan membimbing kami,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

12 hours ago
3
















































