Ketua DPW PKB Sulsel Ashar Arsyad (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Pengamat politik Muhammad Asratillah menilai peta dukungan di Musyawarah Wilayah (Muswil) PKB Sulsel pada 8–9 Desember 2025 menunjukkan konsentrasi kekuatan yang sangat kuat mengarah pada petahana, Azhar Arsyad.
Situasi ini, menurutnya, menggambarkan bagaimana Azhar telah menjadi pusat gravitasi politik dalam struktur internal PKB Sulsel.
“Asumsi hari ini terlihat jelas, hampir semua DPC yang bersuara di ruang publik menyatakan dukungan terbuka kepada Azhar. Ini menunjukkan bahwa figur tersebut telah menjadi pusat gravitasi politik PKB Sulsel,” kata Asratillah, Selasa (09/12).
Ia menilai, pola dukungan masif semacam ini biasanya cukup untuk mengindikasikan arah musyawarah, terlebih dalam partai yang keputusan strategisnya banyak dipengaruhi oleh kolektivitas DPC. Namun, ia mengingatkan bahwa dinamika politik internal PKB tetap memberi ruang penuh bagi DPP untuk menentukan nama lain di luar usulan daerah.
“Potensi aklamasi memang tampak kuat, tapi semua masih berada dalam koridor aturan internal PKB yang memungkinkan DPP mengusulkan figur berbeda. Di sinilah dinamika politiknya menjadi menarik,” ujarnya.
Asratillah menjelaskan, dalam desain partai modern, mekanisme seperti ini diterapkan sebagai alat keseimbangan antara aspirasi struktural daerah dan pertimbangan strategis pusat. Jika DPP dan daerah berada pada pandangan yang sama, aklamasi dapat terjadi mulus. Namun bila berbeda, bisa muncul kompromi berupa paket kepemimpinan atau distribusi jabatan yang lebih proporsional.
“Memastikan aklamasi sepenuhnya masih membutuhkan konfirmasi dari dinamika relasi DPC–DPW–DPP hingga detik terakhir Muswil,” tegasnya.
Ia mengatakan, dukungan luas terhadap Azhar tidak hanya menggambarkan popularitas personal, tetapi juga stabilitas organisasi yang dibangun selama kepemimpinannya. Azhar dinilai berhasil menjaga kinerja elektoral, memperkuat jaringan partai, serta menjaga soliditas struktur.
“Bagi banyak DPC, mempertahankan kepemimpinan yang dianggap berhasil lebih rasional daripada membuka ruang kontestasi yang justru bisa menguras energi internal,” jelas Direktur Profetik Institute itu.
Namun, ia mengingatkan bahwa partai tetap harus menghitung tantangan jangka panjang. Menurutnya, pertanyaan strategis untuk PKB adalah apakah figur yang sama mampu menjawab kompleksitas politik Sulsel menjelang Pemilu 2029.
“Jika Muswil berujung aklamasi, beban pembuktian ada pada Azhar untuk memastikan kinerja dan proses kaderisasi tetap berjalan berimbang,” ujarnya.
Sebaliknya, bila DPP mengajukan nama berbeda, itu bukan sekadar manuver, melainkan cara pusat menguji elastisitas dan kesiapan struktur PKB Sulsel menghadapi siklus politik berikutnya.
“Dengan kata lain, Muswil ini bukan hanya forum memilih ketua, tetapi barometer bagaimana PKB membaca peluang dan risiko dalam lanskap politik Sulsel yang terus bergerak,” tutup Asratillah.

















































