SLEMAN–JogjaPro Harian Jogja berkolaborasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY mengadakan talkshow Mental Health & Life Balance: Untuk Perempuan Produktif di Hyatt Regency Yogyakarta, Rabu (30/4/2025)
Mengusung tajuk "Boss Babe But Make it Balanced" lokakarya ini jadi wadah berbagi cerita para perempuan berdaya dalam menjaga kesehatan mentalnya dan mewujudkan kehidupan yang seimbang.
Isu tentang mental health atau kesehatan jiwa menjadi salah satu topik penting yang tak bisa diabaikan. Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi menjelaskan berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, DIY memiliki prevalensi angka gangguan jiwa berat tertinggi di Indonesia yang mencapai 9,3%. Jika dibedah, dari angka tersebut sebagian besar kata Erlina menimpa perempuan.
"Ternyata memang perempuan ini memiliki faktor risiko yang dapat menjadi stressor psikososial ke ibu-ibu. Termasuk di antaranya dalam hubungan interpersonal, bahkan juga dinamika keluarga yang bisa menimbulkan stres bagi para perempuan. Dan angka ini lebih besar daripada yang dialami oleh laki-laki," terang Erlina pada Rabu (30/4/2025).
Erlina melanjutkan bila Komnas Perempuan juga mencatat bahwa perempuan korban KDRT disebut tinggi mengalami gangguan mental pasca kasusnya. Bahkan ketika kasusnya sudah terdamping dengan baik, pemulihan kesehatan mentalnya itu sangat panjang.
"Kemudian perempuan juga karena banyak, termasuk yang hadir di sini ya, para boss babe mengalami tugas ganda atau beban ganda, yang ketika sudah bekerja tetapi masih punya tanggung jawab-tanggung jawab yang lain di luar dari pekerjaan, misalnya di dalam rumah tangga, termasuk di antaranya mengasuh anak dan sebagainya," ungkapnya.
Namun Erlina mengatakan saat ini masih banyak orang yang belum memahami peran tersebut. Dampaknya perempuan yang bekerja mengalami beban ganda. "Ya sudah kerja, harus masak, harus memastikan rumah tangganya bersih, rumahnya ya, anak-anak telah selesai dengan baik, pendidikannya juga baik, gitu. Sementara kesehatan mentalnya jadi tidak terperhatikan," ungkapnya.
Karenanya dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir masalah kesehatan mental perempuan menjadi perhatian serius DP3AP2 DIY. "Karena kami sangat paham betapa banyaknya beban yang dialami oleh perempuan-perempuan kita dan masih banyak juga beban itu yang belum tersampaikan," imbuh Erlina.
Pemerintah lanjut Erlina telah memiliki layanan konsultasi daring maupun luring. Secara luring ada Puspaga atau Pusat Pembelajaran Keluarga. Sementara secara luring asa Tesaga atau Telekonseling Sahabat Anak dan Keluarga yang online 24 jam penuh.
"Tidak ada liburnya dan itu layanan gratis sebetulnya untuk kemudian bisa digunakan oleh para perempuan kita untuk menyampaikan keluh kesahnya," jelasnya.
Selain kesehatan mental, Erlina juga membahas pentingnya kesehatan finansial. Ekonomi lanjut Erlina juga menjadi salah satu penyebab sekaligus pemutus problem kesehatan mental yang dialami oleh perempuan itu.
"Perempuan dengan kondisi ekonomi yang rendah, ekonomi keluarga yang rendah, itu seringkali juga kemudian mendapatkan beban-beban depresi yang jauh lebih banyak daripada yang punya kekuatan ekonomi yang lebih baik," ungkapnya.
"Maka memang kegiatan ini digagas untuk mampu memberikan wawasan terkait dengan isu mental perempuan, kaitannya nanti dengan keberdayaan perempuan tadi," tandasnya.
Menyangkut kesehatan finansial ini, Deputi Direktur Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, Perlindungan Konsumen dan Layanan Manajemen Strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, Dinavia Tri Riandari membagikan sejumlah tips mengelola keuangan tanpa stres. Pertama, tujuan mengatur keuangan bukanlah menyisakan uang tapi menghabiskan uang di jalan yang benar.
Erlina mencontohkan bagaimana alokasi 10% sedekah, 20% saving, 30% cicilan dan 40% shopping. "Kalau punya cicilan atau kredit maksimum 30% dari uang kita," ujarnya.
Tips mengelola keuangan tanpa stres juga dapat ditempuh dengan bijak dalam berutang, membuat pemetaan mana yang termasuk kebutuhan dan keinginan, mencatat pemasukan dan pengeluaran hingga mempersiapkan dana darurat. Erlina juga menyinggung budaya menabung atau berinvestasi sebelum belanja. Bukan menyisakan tapi menyisihkan.
"Siapkan dana darurat. Dana darurat itu bagi yang lajang, bagi yang berkeluarga itu berbeda-beda," tegasnya.
Marketing Communication Manager Hyatt Regency Yogyakarta, Rasya Ardannary mendukung penuh lokakarya yang mmengusung topik kesehatan mental ini. Hyatt lanjut Rasya juga berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan setara untuk perempuan.
"Topik tentang perempuan dan juga tentang kesetaraan gender memang menjadi isu yang dekat dengan yang kami usung di Hyatt International," ujarnya.
Secara pribadi Rasya mengaku kagum dengan ibu-ibu saat ini yang mampu menjalankan banyak peran. Untuk menjalankan peran itu Rasya menilai dibutuhkan kondisi mental yang sehat.
"Itu luar biasa karena kita merawat diri saja kita membutuhkan banyak energi, apalagi ibu-ibu di sini hadir untuk orang banyak di sekitarnya," ungkapnya.
Lokakarya ini dapat terselenggara berkat dukungan Hyatt Regency Yogyakarta, Bank BPD DIY, Wardah, Instaperfect, Margaria Batik, LMAR (The Unique Boutique Line), Arby Vembria, Biznet dan KB Bank. Acara ini juga menghadirkan praktisi psikologi dan pendidikan, Shinta. (***)