Epilepsi Kebal Obat Bisa Ditangani, Masyarakat Perlu Diedukasi

12 hours ago 6

Epilepsi Kebal Obat Bisa Ditangani, Masyarakat Perlu Diedukasi Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FKKMK UGM Profesor Siti Herini saat memberikan pemaparan dalam seminar Tata Kelola Epilepsi Kebal Obat, Sabtu (13/12/2025). - Istimewa.

Harianjogja.com, JOGJA—Gangguan saraf kronis ditandai dengan kejang berulang atau epilepsi menjadi salah satu penyakit saraf yang butuh penanganan khusus. Pada kategori tertentu penderita epilepsi bisa berada dalam fase kebal obat.

Meski demikian saat ini ada model terapi yang memberikan harapan kepada penyintas untuk sembuh dan bisa menjalani kehidupan normal. Masyarakat perlu diedukasi terkait penanganan penyakit ini.

Isu tentang kesehatan saraf ini dibahas dalam seminar bertajuk Tata Kelola Epilepsi Kebal Obat yang digelar SMC RS Telogorejo di di Jogja, Sabtu (13/12/2025). Kegiatan menghadirkan dokter spesialis dan subspesialis saraf untuk berbagi pengetahuan terkini mengenai penanganan epilepsi kebal obat, sekaligus membuka kesempatan konsultasi secara gratis bagi peserta terpilih. 

Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FKKMK UGM Profesor Siti Herini mengaku sering menghadapi anak epilepsi dengan obat cukup banyak namun kejangnya tidak teratasi. Saat ini lebih dari 50 juta pasien epilepsi di dunia, tercatat 4,9 juta di antaranya merupakan pasien baru setiap tahunnya. 

"Pengobatannya dengan terapi anti kejang, namun sepertiga penderita tidak mencapai kontrol kejang yang baik dan tidak merespons dengan baik obat-obat tersebut atau epilepsi resisten obat," katanya dalam seminar tersebut.

Corporate Business Marketing Communication Yayasan Kesehatan Telogorejo Adhitia Budi menyatakan topik tersebut dipilih sebagai respons atas masih terbatasnya pemahaman masyarakat mengenai pilihan terapi lanjutan bagi pasien epilepsi yang tidak merespons pengobatan standar atau kebal obat. 

Ia menambahkan kehadiran SMC RS Telogorejo di Jogja menjadi langkah awal untuk membangun kedekatan yang lebih luas dengan masyarakat. Ia berharap masyarakat menyadari bahwa epilepsi bukan sekadar stigma yang tidak bisa disembuhkan. 

"Sehingga melalui Telogorejo Neuro Center sebagai Center of Excellence, kami ingin memastikan edukasi, harapan, dan akses terhadap penanganan yang tepat dapat dirasakan oleh lebih banyak keluarga, khususnya mereka yang menghadapi tantangan epilepsi kebal obat,” ujarnya.

Pihaknya mendorong pengembangan pusat unggulan yang tidak hanya kuat secara teknologi dan keilmuan, tetapi juga berorientasi pada nilai kemanusiaan dan pelayanan berkelanjutan. Seminar Neuro ini dirancang sebagai ruang edukasi yang inklusif dan dialogis bagi masyarakat.

"Kami tidak hanya sebagai penyedia layanan kesehatan, tetapi juga sebagai mitra edukasi yang mendampingi. Seminar Neuro ini menjadi bagian dari komitmen kami untuk berbagi pengetahuan, membuka ruang dialog, serta memperkenalkan Telogorejo Neuro Center sebagai center of excellence yang berfokus pada penanganan saraf secara komprehensif dan berkelanjutan,” kata Humas SMC RS Telogorejo, Bunga.

Bisa Sembuh

Salah satu pasien epilepsi yang bisa sembuh, Aska menyampaikan pengalamannya menjalani terapi di SMC RS Telogorejo. Awalnya ia mengalami kejang sebanyak 10 hingga 15 kali dalam sepekan atau sudah termasuk akut. Kondisi itu berlangsung selama sepuluh tahun mulai usia 13 tahun.

Menurutnya sudah berganti-ganti obat namun sudah tidak mempan atau kebal. Azka merasakan saat menjalani terapi obat tidak menuntaskan masalah kejang. Ia merasakan tantangan yang berat dalam kondisi lingkungan sosial ketika duduk di bangku SMA hingga kuliah dengan status penyintas epilepsi.

"Terutama ketika masuk ke lembaga pendidikan baru. Ketika saya kejang teman-teman kan kaget, bingung. Sehingga saya merasa harus menjelaskan kondisi saya pada lingkungan baru, baik saat masuk ke SMA dan kuliah. Tetapi ketika saya sudah speak up [menyampaikan] bahwa saya [penyintas] epilepsi, teman-teman menyadari dan mencari tahu bagaimana cara menolong ketika kejang," ujarnya.   

Saat ia berusia 23 tahun ia mulai mengenal terapi bedah saraf hingga kemudian ditemukan sumber kejangnya. "Kemudian dilakukan operasi pada sumber kejang tersebut di tahun 2007 dan perlahan kejang mulai hilang. Kemudian tahun 2011 itu sampai sekarang sudah tidak kejang," katanya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news