Badan Geologi: Berpotensi Erupsi Freatik, Tak Ada Perluas Titik Panas Gunung Tangkuban Perahu

7 hours ago 4

 Berpotensi Erupsi Freatik, Tak Ada Perluas Titik Panas Gunung Tangkuban Perahu Badan Geologi menyatakan titik panas pada kawah di Gunung Tangkuban Parahu di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subangtidak menunjukkan perluasan, namun potensi erupsi freatik tetap ada. - Antara.

Harianjogja.com, BANDUNG—Badan Geologi menyatakan titik panas pada kawah di Gunung Tangkuban Parahu di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang tidak menunjukkan perluasan, namun potensi erupsi freatik tetap ada.

Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menjelaskan hasil dari pemantauan termal menggunakan Drone Mavic Pro 3T pada lokasi Kawah Ratu dan Kawah Ecoma di kawasan puncak, menunjukkan tidak ada perluasan titik panas pada kedua kawah tersebut. Kesimpulan tidak ada perluasan itu merupakan hasil membandingkan dari foto termal antara tanggal 5 dan 7 Juni 2025.

"Manifestasi bualan lumpur di Kawah Ratu berdasarkan rekaman kegempaan teridentifikasi mulai terbentuk sejak tanggal 5 Juni 2025 sekitar pukul 22:00 WIB yang ditandai dengan mulai terekamnya getaran Tremor Menerus," kata Wafid, Minggu (8/6/2025).

BACA JUGA: Garda Nasional AS Terlibat Bentrok dengan Pengunjuk Rasa

Pengamatan secara visual terpantau embusan asap putih tipis hingga sedang dengan ketinggian berkisar antara 5 hingga 150 meter dari dasar Kawah Ratu dan 5 hingga 10 meter dari dasar Kawah Ecoma dengan tekanan lemah hingga sedang.

"Saat ini aktivitas bualan lumpur hanya terjadi di Kawah Ratu. Pada area di sekitar bulan lumpur ini teramati endapan lumpur berwarna hitam," ujarnya.

Hingga saat ini kegempaan Tangkuban Parahu masih didominasi oleh getaran Tremor Menerus, di mana rekaman kegempaan pada Hari Minggu ini terdiri atas tiga kali Gempa Low-Frequency (LF) dan Tremor Menerus dengan amplitudo maksimum antara 0,5 - 1,5 mm (dominan 1 mm). Sementara pada tanggal 7 Juni 2024, jumlah Gempa Low-Frequency (LF) terekam sebanyak 16 kejadian dan getaran Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5 - 2 mm.

Pengamatan deformasi permukaan menggunakan alat Electronic Distance Measurement (EDM) dan Global Navigation Satellite System (GNSS), masih menunjukkan adanya pola inflasi, yang mengindikasikan akumulasi tekanan pada kedalaman dangkal di bawah tubuh gunung api.

"Hal ini masih menjadi perhatian karena potensi erupsi freatik tetap dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa didahului gejala vulkanik yang jelas," ucapnya.

Hingga tanggal 8 Juni 2025 ini, lanjut dia, data pengukuran gas dari stasiun Multi-GAS permanen belum menunjukkan perubahan mencolok dalam komposisi gas-gas vulkanik seperti rasio CO₂/SO₂, CO₂/H₂S, maupun proporsi antara SO₂ dan H₂S.

"Konsentrasi gas yang terukur pada 8 Juni 2025 di bibir Kawah Ratu bagian barat dengan menggunakan MultiGAS portabel juga masih berada dalam batas normal," katanya.

Dengan mempertimbangkan semua data tersebut di atas, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal). Namun masyarakat dan para pengunjung di sekitar Gunung Tangkuban Parahu tetap diimbau untuk tidak mendekati area dasar kawah, tidak berlama-lama di kawasan aktif, serta segera menjauh jika teramati peningkatan intensitas hembusan atau tercium bau gas menyengat.

Meski aktivitas menurun, kewaspadaan harus tetap dijaga. Pemerintah daerah dan BPBD diminta terus menjalin koordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Desa Cikole serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

Masyarakat diharapkan tetap tenang, tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang belum dapat dipertanggungjawabkan, serta mengikuti perkembangan informasi resmi.

"Evaluasi tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu akan dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan signifikan. Masyarakat diharapkan tetap tenang, waspada, serta mengikuti arahan dari pihak berwenang demi keselamatan bersama," katanya.

Gunung Tangkuban Parahu merupakan gunung api aktif yang memiliki sembilan kawah dengan dua kawah utama berada di area puncak, yaitu Kawah Ratu dan Kawah Upas. Erupsi Tangkuban Parahu pada umumnya berupa letusan freatik dari Kawah Ratu, dengan yang terakhir tercatat letusan itu terjadi pada 2019 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news