Bendera Amerika Serikat. - Ist/Freepik
Harianjogja.com, JOGJA—Kebijakan font Departemen Luar Negeri AS berubah arah setelah Marco Rubio memerintahkan dokumen resmi kembali memakai Times New Roman. Calibri yang dipilih era Blinken disebut kurang profesional dan boros.
Reuters mengungkapkan, perubahan ini tertuang dalam kawat internal departemen tertanggal 9 Desember 2025, yang dikirim ke semua pos diplomatik AS. Dalam telegram tersebut, dinyatakan bahwa tipografi membentuk kesan profesionalisme dokumen resmi, dan Calibri dinilai lebih informal dibandingkan jenis huruf serif seperti Times New Roman.
Kebijakan sebelumnya di bawah Blinken mulai efektif pada awal Januari 2023. Saat itu, Departemen Luar Negeri beralih ke Calibri dengan alasan aksesibilitas. Font sans-serif modern itu dinilai lebih mudah diakses bagi penyandang disabilitas karena tidak memiliki fitur sudut dekoratif (serif) dan merupakan font bawaan default Microsoft.
Dalam telegram terbaru, Rubio menegaskan bahwa keputusan kembali ke Times New Roman dimaksudkan untuk "mengembalikan kesopanan dan profesionalisme pada produk kerja tertulis Departemen dan menghapus program DEIA (Diversity, Equity, Inclusion, and Accessibility) yang boros lainnya." Kebijakan ini diklaim selaras dengan arahan Presiden tentang "Satu Suara" dalam hubungan luar negeri AS.
Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan resmi terhadap permintaan komentar mengenai keputusan ini. Namun, kebijakan font ini terjadi dalam konteks politik yang lebih luas. Presiden Donald Trump, sejak menjabat pada Januari 2025, telah bergerak cepat untuk membatasi atau menghapus program keragaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) di lembaga federal.
Trump dan kalangan konservatif mengkritik kebijakan DEI sebagai diskriminatif terhadap kelompok kulit putih dan laki-laki, serta dianggap mengikis meritokrasi. Perubahan font ini dilihat sebagai bagian dari upaya sistematis untuk mendismantle kebijakan era sebelumnya.
Keputusan Rubio menuai kontroversi karena mengabaikan aspek aksesibilitas. Beberapa studi menunjukkan bahwa font sans-serif seperti Calibri justru lebih mudah dibaca bagi sebagian penyandang disabilitas visual. Perubahan ini menandakan pergeseran kebijakan dari pertimbangan inklusivitas menuju penekanan pada citra formalitas dan konservatisme dalam diplomasi AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

2 days ago
8
















































