Rupiah Hari Ini Ditutup di Level Rp16.455 per Dolar AS

3 hours ago 3

Rupiah Hari Ini Ditutup di Level Rp16.455 per Dolar AS Ilustrasi rupiah. / Freepik

Harianjogja.com, JAKARTA—Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.455 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan hari ini, Senin (5/5/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 0,11% atau 17,5 poin ke posisi Rp16.455 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,24% ke posisi 99,605.

BACA JUGA: Rupiah Melemah Dikarenakan Tarif Impor

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,51%, dolar Taiwan menguat sebesar 2,60%, baht Thailand menguat 0,01%, dan won Korea menguat 1,10%.

Sementara itu, mata uang lainnya yakni dolar Singapura menguat 0,57%, rupee India menguat 0,28%, ringgit Malaysia menguat 0,92%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan, yuan China stagnan, dan peso Filipina melemah 0,29%.

Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini, Senin (5/5/2025) mata uang rupiah ditutup melemah 17 poin ke level Rp16.455, setelah sebelumnya menguat 40 poin ke level Rp16.437 per dolar AS.

Kemudian untuk perdagangan besok, Selasa (6/5/2025), dia memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.440-Rp16.500.

Ibrahim mengatakan bahwa Badan Pusat Statistik telah (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2025 melambat ke 4,87% year on year (yoy) dan terkontraksi 0,89% (qtq).

"Meski terjadi kontraksi secara kuartalan, BPS terus memantau perkembangan ekonomi triwulan berikutnya dengan pertimbangan berbagai faktor, termasuk belanja pemerintah, tren konsumsi domestik, serta kondisi eksternal seperti harga komoditas dan stabilitas perdagangan internasional," katanya dalam riset, Senin (5/5/2025).

Dia mengatakan bahwa di tengah capaian pertumbuhan tahunan yang terjaga, sejumlah ekonom menilai pentingnya memperhatikan keberlanjutan konsumsi domestik yang menjadi pilar utama ekonomi nasional. Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89% memang menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB).

Namun, menurutnya pertumbuhan ini dinilai masih belum cukup kuat untuk mengimbangi tekanan dari kontraksi sektor-sektor lainnya, terutama di tengah tren global yang belum menentu serta dampak kebijakan fiskal yang bersifat musiman.

Lebih jauh, Ibrahim mengatakan bahwa prospek ekonomi pada kuartal berikutnya diperkirakan akan sangat bergantung pada kecepatan pemerintah dalam mencairkan anggaran belanja, stabilitas harga bahan pokok, dan keberlanjutan ekspor di tengah perang dagang global.

"Dukungan moneter seperti penguatan nilai tukar rupiah serta langkah Bank Indonesia dalam menjaga likuiditas pasar akan menjadi penentu dalam menjaga momentum pertumbuhan," tambahnya.

Menurutnya, dengan menjaga komunikasi publik yang efektif dan menjaga kepercayaan pelaku usaha, pemerintah akan dapat meminimalkan gejolak yang muncul akibat tekanan domestik maupun eksternal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news