Dusun Manggung RT 05, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul sedang membungkus daging kurban menggunakan daun jati dan besek bambu pada Iduladha 1446 H/2025, Sabtu (7/6 - 2025)
Harianjogja.com, BANTUL - Kepedulian warga terhadap lingkungan dibuktikan Warga Dusun Manggung RT 05, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul pada pelaksanaan Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah/2025. Warga membungkus daging kurban yang dibagikan kepada warga lainnya menggunakan bahan ramah lingkungan.
Daging kurban dibungkus menggunakan daun jati, selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah besek yang terbuat dari anyaman bambu. Supriyono, warga Dusun Manggung Rt 05 yang juga panitia kurban mengatakan penggunaan bahan ramah lingkungan sebagai pembungkus daging kurban sudah berjalan sejak dua tahun terakhir.
“Ide awal dari sampah plastik yang sangat banyak sehingga warga berinisiatif mengurangi sampahnya, maka jatuh pada pilihan besek dan daun jati yang lebih ramah lingkungan dan mudah terurai,” katanya, Minggu (8/6/2025).
Ia berharap apa yang dilakukan warga Manggung Rt 05 ini dapat mengurangi sampah plastik saat Iduladha. Selain itu juga menjadi sarana edukasi bagi anak-anak muda dan generasi penerus tentang kepedulian menjaga lingkungan.
Upaya ini tidak hanya dilakukan saat Iduladha, namun sejak dua tahun terakhir pula Warga Manggung tengah berupaya mengelola sampah di wilayah dusun secara mandiri melalui bank sampah. Keberadaan bank sampah yang dikelola warga ini menyediakan tempat sampah yang terpisah di masing-masing rumah warga, yakni tempat sampah khusus sampah organik dan tempat sampah non organik.
“Sampah dari warga itu setiap 1-2 bulan sekali kami panen, kami timbang dan hitung. Uang hasil penjualan sampah di bank sampah akan masuk ke rekening tabungan nasabah warga kalau sudah terkumpul bisa diambil sewaktu-waktu sebagai simpanan,” katanya.
BACA JUGA: Wajah Pelaku Pembuang Sampah di Ring Road Selatan Bantul Akan Disebar di Medsos
Sementara untuk sampah organik dibuat pupuk kompos yang pupuknya digunakan warga. Supriyono mengatakan sekelumit yang dilakukan warga Manggung ini diharapkan dapat mengurangi sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), terutama sampah plastik menjadi persoalan dan ancaman serius bagi lingkungan dalam jangka panjang.
Volume Sampah
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul, Bambang Purwadi Nugroho, sebelumnya mengatakan bahwa volume sampah harian di Bantul mengalami penurunan meski belum signifikan, yakni dari 95 ton sampah menjadi sekitar 35 ton.
Hal itu menunjukan upaya pengelolaan sampah di Bumi Projotamansari meningkat baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dari sisi daur ulang sampah maupun pengolahan limbah.
Upaya pengelolaan sampah yang dilakukan Pemkab Bantul saat ini melalui ITF Niten, TPST Bawuran, TPST Dingkikan. TPST Bawuran fokus pada pengelolaan sampah organik menjadi kompos, sementara ITF Niten mengolah sampah organik menjadi kompos dengan teknologi rotary kiln. TPST Dingkikan, di sisi lain, menghasilkan RDF (Refused Derived Fuel) atau bahan bakar pengganti dari sampah.
Kemudian upaya lainnya adalah melalui TPS3R. Saat ini sejumlah TPS3R yang beroperasi yakni di Panggungharjo Sewon, Guwosari Pajangan, Karangtengah Imogiri, Caturharjo Pandak, Bantul, Potorono Banguntapan, Panjangrejo Pundong, dan Murtigading Sanden.
Bambang menuturkan Pemkab Bantul pun mendorong warga turut serta dalam olah pilah sampah untuk menekan jumlah produksi sampah harian.
"Kita minta masyarakat melakukan reduce, reuse, recycle [3R] untuk mengurangi produksi sampah serta melakukan gerakan pilah sampah sampai ke pedusunan atau bahkan tingkat Rukun Tetangga [RT]," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News