Kisah Pelatih Sajuri Syahid: Pernah Gadaikan SK PNS Demi Persiba Bantul, Kini Fokus Mengajar di SMAN 1 Sewon

6 hours ago 4

Harianjogja.com, BANTUL—Kehidupan Sajuri Syahid kini bertolak belakang dengan belasan tahun ilam. Alih-alih berdiri di pinggir lapangan dan mendapat dukungan total dari ribuan suporter yang memadati stadion, rutinitasnya saat ini fokus menjadi guru olahraga di SMA Negeri 1 Sewon, Bantul.

Hampir 10 tahun lamanya Sajuri Syahid tidak berkecimpung di dunia sepak bola profesional. Namun, ingatannya saat menjadi pelatih kepala Persiba Bantul masih tampak segar. Terlebih, Laskar Sultan Agung adalah satu-satunya tim profesional yang pernah ia tangani selama menjadi pelatih.

Medio 14 tahun lalu, Sajuri pernah dielu-elukan pecinta sepak bola Bantul setelah membawa Persiba juara Divisi Utama musim 2010/2011 sekaligus membawa timnya ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Ini merupakan prestasi tertingginya sejak mengawali karier di Persiba Bantul sebagai asisten pelatih pada musim 2002/2003.

Namun, juara Divisi Utama ternyata bukan hal yang paling dikenang selama di Persiba. Menurutnya, hal paling diingat justru saat berada di babak 8 besar ketika timnya berhasil menyamakan kedudukan secara dramatis usai tertinggal 3-0 dari PSMS Medan.

BACA JUGA: Persiba Bantul Tujuh Tahun di Liga 3, Eks Pelatih Sajuri Syahid Minta Manajemen Lebih Serius

“Sebenarnya kenangan membekas bukan waktu kita juaranya, tapi waktu kita di babak 8 besar. Waktu itu kita main di Mitra Kukar, sama lawan [PSMS] Medan,” kata Sajuri, Rabu (7/5/2024).

“Waktu lawan Medan kita ketinggalan 3-0, akhirnya jadi imbang 3-3. Itu kenangan membekas bagi saya karena anak-anak tidak patah semangat, berjuang dengan penuh semangat akhirnya bisa menyamakan kedudukan,” kenang Sajuri.

Sajuri berujar, laga final Divisi Utama di mana timnya menjadi juara justru bukan kenangan favoritnya karena saat itu timnya bermain tanpa beban. Kala itu, ia hanya menargetkan promosi dan juara hanyalah bonus.

Gadaikan SK PNS

Musim 2010/2011 saat membawa Persiba juara ternyata tidak melalui jalan mudah. Sajuri masih mengingat jelas timnya mengalami kesulitan finansial hingga menggadaikan SK Pegawai Negeri Sipil (PNS) miliknya dan beberapa pengurus Persiba lain demi mendapatkan tambahan dana.

“Waktu itu Persiba sempat tidak ada dana. Bahkan sampai SK [PNS] saya, SK pengurus Persiba itu dipinjam untuk meminjam uang. Itu waktu tahun promosi malah,” ucapnya.

BACA JUGA: Eks Bek Timnas Indonesia dan Legenda Persiba Jadi Bintang di Liga Mini Soccer Satpol PP DIY

Banyak orang di sekitarnya sempat mempertanyakan keputusannya yang berani meminjamkan SK. Namun, kepercayaannya pada manajemen membuatnya yakin, hingga pada akhirnya berbuah manis dengan menjadi juara.

Ia pun mengapresiasi kekompakan yang dimiliki seluruh elemen Persiba saat itu. Tidak hanya di lapangan, melainkan juga di level manajemen yang dinilai bersungguh-sungguh memajukan Persiba.

“Banyak orang yang waktu itu menyalahkan kalau nanti tidak bisa mengembalikan [SK]. Tapi waktu itu pak Idham Samawi [manajer umum] itu kan luar biasa perjuangannya untuk Persiba, saya juga yakin saja. Akhirnya juga tidak ada masalah apa-apa,”  lanjutnya.

Tak lupa Sajuri mengapresiasi pemain yang memiliki etos kerja tinggi meskipun manajemen tengah kesulitan. Menurutnya, hampir semua pemain Persiba berada di level yang sama sehingga tidak ada yang ia favoritkan.

“Tidak ada pemain yang malas, hampir 90 persen punya tingkat disiplin yang tinggi. Sama kekompakan antar pemain waktu itu juga sangat bagus,” katanya.

Banyak pemain yang berhasil dipoles Sajuri menjadi jauh lebih baik. Diantaranya duet striker asing Ezequiel Gonzalez dan Fortune Udo, serta pemain lokal yang berhasil menembus Tim Nasional Indonesia seperti Wahyu Tri Nugroho, Wahyu Wijiastanto, dan Nopendi.

Terganjal Aturan

Sajuri seperti masih enggan meninggalkan dunia kepelatihan. Selain menjadi pengajar, Sajuri ternyata masih aktif melatih. Bukan profesional, melainkan menjadi juru latih Sekolah Sepak Bola (SSB) Hizbul Wathan Bantul.

Ia pun sebenarnya terpaksa meninggalkan dunia kepelatihan profesional karena statusnya sebagai PNS yang membuatnya tidak memiliki waktu untuk melatih tim profesional.

“Kaitannya dengan status saya sebagai PNS, ini yang menyulitkan. Karena PNS aturannya sudah ketat, tidak seperti waktu saya megang [melatih] Persiba dulu. Semakin ke sini aturannya semakin ketat, pagi harus presensi masuk, sore harus presensi, dan itu harus,” ujarnya.

BACA JUGA: Kalahkan Persiba Bantul, Pelatih PSS Sleman Pantau Pemain Minim Menit Bermain

“Mungkin hanya melatih anak-anak SSB itu saja yang masih bisa datang, misalnya datang jam 4 sore masih bisa. Tapi yang sifatnya profesional kan paling tidak jam setengah tiga harus sudah siap, nah ini yang tidak bisa,” ujarnya.

Di tengah fokusnya menjadi pengajar, ia belum melupakan orang-orang yang pernah bekerja sama dengannya saat di Persiba. Sajuri menuturkan, ia masih menjalin komunikasi dengan mantan pemain yang kerap berada di Jogja, seperti Slamet Nurcahyo dan Ugiek Sugiyanto.

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news