Hingga Juni 2025, Sebanyak 19 Orang Jadi Korban Kecelakaan Laut di Bantul, 1 Korban Belum Ditemukan Sejak April

3 hours ago 1

Hingga Juni 2025, Sebanyak 19 Orang Jadi Korban Kecelakaan Laut di Bantul, 1 Korban Belum Ditemukan Sejak April Sejumlah anggota Tim SAR berupaya mencari Ridwan, pemancing asal Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, yang hilang di Pantai Sedahan, Senin (25/2/2019). - Istimewa/SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul

Harianjogja, BANTUL–Sebanyak 19 orang telah menjadi korban kecelakaan laut di Kabupaten Bantul selama periode Januari hingga Juni 2025. Satu di antaranya belum ditemukan.

Berdasarkan data Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah 3, pada bulan Januari terdapat lima korban laka laut yang terselamatkan, bulan Februari terdapat satu orang terselamatkan.

BACA JUGA: Perahu Nelayan di Pantai Depok Terbalik, Dua Nelayan Selamat

Pada Bulan April sebanyak tujuh korban, lima korban terselamatkan, satu korban meninggal, dan satu korban hilang hingga sekarang.

"April ada 7 orang, 5 selamat, satu meninggal, dan satu korban belum ditemukan hingga sekarang. Bulan Mei terdapat tiga korban laka laut yang terselamatkan. Pada awal bulan Juni satu orang mengalami laka laut terselamatkan," ujar Anggota Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah 3, Triono, Senin (9/6/2025).

Korban yang hilang atas nama Andrea Julian Pranata Putra, pelajar asal Semarang. Andrea terseret arus pada 4 April lalu. Terbaru, kemarin Minggu (8/6/2025) Polres Bantul menyampaikan 2 orang terseret arus di wilayah Parangtritis.

Kasi Humas Polres Bantul I Nengah Jeffry menjelaskan kedua korban terseret arus di area Rip current.

"Mereka datang rombongan satu kampung ke pantai Parangtritis jam 11.15 WIB, kemudian rombongan menuju ke pantai jam 12.00 WIB dan bermain air di area Rip current. Untuk awalnya merasa aman tapi tiba-tiba tidak terasa sudah di area yang dalam dan terbawa arus balik ke tengah," jelas Jeffry.

Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah 3, menjelaskan banyaknya kasus laka laut akibat para wisatan sering mengabaikan imbauan dari Tim SAR.

Triono menyebut, imbauan keselamatan sebenarnya sudah dilakukan berulang dan Tim SAR selalu mengingatkan wisatawan secara langsung jika mereka berada di area berbahaya.

“Sebenarnya dari kami, SAR Parangtritis, imbauan tidak kurang-kurang. Kami melalui secara langsung lewat pos-pos, pakai pengeras suara. Sehari bisa dua sampai lima kali,” ujarnya. 

Selain itu pihak Triono juga sudah menyediakan 6 hingga 7 selter di sepanjang Parangtritis hingga Pantai Depok dan bendera merah sebagai penanda larangan berenang.

“Bendera merah fungsinya penanda. Biasanya itu lokasi titik palung," jelasnya. 

Ia menjelaskan jika ada bendera merah dan tidak ada palung di bawahnya, berarti palungnya berpindah, karena palung di Pantai Parangtritis berpindah-pindah setiap satu bulan sekali.

Terlebih saat musim hujan, palung lebih banyak ditemukan. Karena banyak aliran kecil menuju laut. 

"Tapi tetap saja, meski sudah diimbau, masih ada yang melanggar. Kami berharap para wisatawan selalu mengindahkan imbauan Tim SAR agar angka laka Laut berkurang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news