Gratifikasi dan Ketidakjujuran Akademik Masih Membayangi Dunia Pendidikan

5 hours ago 5

Gratifikasi dan Ketidakjujuran Akademik Masih Membayangi Dunia Pendidikan Syariful Fahmi, Pendidikan Matematika, FKIP UAD. - Ist

Dunia pendidikan di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan serius yang mengancam integritas akademik dan tata kelola institusi. Berdasarkan temuan dari Survei Penilaian Integritas (SPI) terbaru tahun 2024 yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Indeks Integritas Pendidikan 2024, empat isu utama menjadi sorotan: ketidakjujuran akademik, lemahnya disiplin, normalisasi gratifikasi dan pungutan liar, serta penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa.

Ketidakjujuran Akademik: Hampir Semua Mahasiswa Pernah Mencontek

Data SPI menunjukkan bahwa 98% mahasiswa mengaku pernah mencontek, dan 43% di antaranya pernah melakukan plagiarisme. Fakta ini memperlihatkan bahwa pelanggaran etika akademik sudah sangat mengakar, bahkan dianggap sebagai hal yang lumrah di kalangan mahasiswa. Budaya ini tentu tidak terlepas dari kebiasaan mahasiswa di bangku sekolah.

Disiplin Akademik Rendah, Tak Hanya Mahasiswa

Kedisiplinan di lingkungan akademik pun tergolong memprihatinkan. 84% mahasiswa dilaporkan pernah datang terlambat, sementara 96% dosen juga pernah melakukan hal yang sama, sebagian besar bahkan tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini menunjukkan lemahnya kultur keteladanan dan komitmen waktu di lingkungan perguruan tinggi. Serujuk dengan pendapat pengamat kebijakan pendidikan tinggi, Prof. Hendra Prasetya, kampus semestinya menjadi ruang pembentukan karakter, bukan tempat pembiaran terhadap ketidakteraturan,” tegas, pengamat kebijakan pendidikan tinggi.

Gratifikasi dan Pungutan Liar Dianggap Hal Biasa

Yang lebih mengkhawatirkan, praktik gratifikasi dan pungutan liar mulai dianggap normal. Sebanyak 18% rektor dan 30% dosen disebut menormalisasi praktik gratifikasi. Lebih jauh lagi, 60% responden mengaku pernah menghadapi pungutan liar administratif di kampus. Hal ini menunjukkan bahwa praktik koruptif sudah masuk ke sistem birokrasi pendidikan. Jika tidak ada perbaikan dan reformasi, normalisasi pungutan liar mencederai kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan

Nepotisme dan Komisi dalam Pengadaan Barang

Penyimpangan juga terjadi dalam proses pengadaan barang dan jasa. 68% kampus terindikasi melakukan nepotisme dalam penunjukan vendor, dan 68% lainnya menerima komisi dari proses tersebut. Ini menunjukkan bahwa integritas dalam manajemen keuangan dan logistik kampus masih menjadi PR besar.

Panggilan untuk Reformasi Pendidikan

Temuan ini menjadi sinyal kuat bahwa reformasi menyeluruh dalam dunia pendidikan sangat mendesak, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. dimulai dari pembangunan budaya kejujuran, peningkatan profesionalisme guru dan dosen, hingga transparansi dalam tata kelola sekolah/institusi. Pendidikan seharusnya menjadi pilar utama dalam membangun bangsa yang berintegritas, bukan menjadi cermin dari permasalahan yang ingin diberantas. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news