Salah satu sapi milik pedagang asal Kecamatan Karangnongko, Klaten, mati diduga karena terserang penyakit mulut dan kuku, beberapa waktu lalu. - Istimewa.
Harianjogja.com, KLATEN—Tujuh ekor sapi milik pedagang asal Desa Gemampir, Kecamatan Karangnongko, Klaten, yang akan dijual untuk hewan kurban pada Iduladha 2025 mati mendadak. Penyebab kematian tujuh sapi itu diduga karena penyakit mulut dan kuku (PMK). Sapi tersebut diketahui dibeli dari luar daerah.
Petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian atau DKPP Klaten langsung mengecek ke lokasi. “Tadi pagi memang kami turunkan tim dari pelayanan Pusat Kesehatan Hewan di Karangnongko. Setelah dilakukan pengecekan di lapangan, itu memang milik pedagang sapi,” kata Kepala DKPP Klaten, Iwan Kurniawan, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (2/6/2025).
Pedagang tersebut membeli sapi di Pasar Jelok, Kabupaten Boyolali, sebanyak lima ekor. Sekitar lima hari kemudian, tiga sapi yang baru dibeli itu menunjukkan gejala sakit PMK. Kemudian memanggil mantri hewan untuk memberikan pengobatan pada Rabu (21/5/2025). Selang beberapa hari kemudian, sapi yang mengalami gejala serupa bertambah. Adi memiliki tiga kandang dengan total 23 ekor sapi.
BACA JUGA: Jadwal Terbaru SIM Keliling Mulai Senin 2 Juni 2025 di Gunungkidul
Serangan penyakit dengan gejala PMK itu berlangsung sekitar lima hingga tujuh hari dengan kematian awal satu ekor. Pedagang tersebut kemudian memindahkan sapi yang sakit ke kandang lain. Di dalam kandang itu, ada sapi-sapi lain yang sehat sehingga penyakit menular ke sapi lainnya.
Pemilik sapi itu kemudian kembali memanggil mantri hewan untuk melakukan pengobatan pada Minggu (25/5/2025). Jumlah total sapi yang mati tercatat tujuh ekor. Ada dua sapi yang disembelih oleh pemiliknya karena harapan hidupnya kecil setelah mengalami gejala penyakit yang sama.
Kematian sapi terakhir terjadi sekitar sepekan lalu. Sisa sapi yang sebelumnya sakit dinyatakan sudah sembuh dan di kandang itu saat ini sudah tidak ada PMK. Sapi-sapi yang mati menunjukkan gejala napas terengah-engah atau napas berat.
Sapi tersebut kemungkinan terkena penyakit Septicaemia Epizootica (SE), selain PMK. Penyakit SE yang dimaksud yakni penyakit ngorok pada sapi dan memiliki angka kematian tinggi serta tidak bisa diobati.
Sapi yang baru saja dibeli langsung dimasukkan ke kandang bercampur dengan sapi lainnya. “Semestinya tidak langsung dimasukkan ke kandang bercampur dengan sapi lain. Tetapi karena mungkin padatnya penjualan mendekati Iduladha, akhirnya sapi baru itu dicampur dengan sapi lainnya,” ungkap Iwan.
Vaksinasi
Sapi yang baru saja dibeli dari Boyolali, belum ada keterangan surat vaksinasi. Ada tujuh sapi yang mati karena terserang penyakit. “Ada tujuh ekor itu yang mati, dua sapi disembelih paksa karena memang khawatirnya nanti akan mati. Jadi totalnya ada sembilan,” kata Iwan.
Iwan mengungkapkan tim dari Pusat Kesehatan Hewan sudah melakukan penyemprotan disinfektan ke area kandang milik peternak di Karangnongko, Klaten, itu. “Kalau untuk vaksinasi di Klaten, dari bantuan itu ada 3.000 dan sudah diberikan ke sapi di wilayah Kecamatan Karangnongko sebanyak 750. Sehingga memang sapi [yang mati bergejala PMK] datang dari luar,” jelas Iwan.
Sebelumnya pengawasan sudah dilakukan petugas kesehatan hewan terutama di pasar. Satu per satu sapi yang dibawa ke pasar terpantau petugas untuk memastikan kondisi kesehatan. “Tapi karena itu kan belinya di luar wilayah Klaten dan langsung dibawa ke kandangnya sehingga belum terpantau oleh petugas,” katanya.
Terkait kasus PMK di Klaten, hingga kini tidak ada kasus selain dugaan kematian sapi akibat penyakit itu di Karangnongko. “Jelang Iduladha ini, kami dari dinas membuat tim terdiri dari petugas kesehatan hewan dan PPL. Saat penyembelihan di hari H kami menurunkan tim untuk memeriksa kondisi fisik kesehatan sapi. Kalau memang tidak layak, nanti kami buatkan surat keterangan. Kalau memang itu sesuai, ya dilanjut untuk dilakukan penyembelihan,” ucapnya.
BACA JUGA: Jadwal Angkutan Jurusan Malioboro ke Parangtritis Hari Ini Senin 2 Juni 2025
Pemilik sapi yang mati diduga karena PMK di Karangnongko, Klaten, Adi, mengungkapkan sebelumnya membeli sapi dari luar daerah. Selang 20 hari, nafsu makan sapi itu berkurang. Sudah ada upaya pengobatan dengan mendatangkan hingga tiga mantri. Namun, sapi tak kunjung sembuh hingga akhirnya mati.
“Selang beberapa jam itu juga ada yang mati dan yang kasusnya itu ada tujuh sapi mati. Lalu yang masih tanda-tandanya itu sakit, saya jual ke jagal ada dua ekor,” kata Adi saat ditemui wartawan di rumahnya.
Adi mengungkapkan upaya maksimal sudah dilakukan. Sisa sapi yang masih ada di kandang kemudian divaksin dan kandangnya rutin dibersihkan guna menghindari sapi terserang penyakit. Soal total nilai kerugian kematian sembilan sapi, Adi menaksir sekitar Rp190 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News