Cabai dan Bawang Jadi Komoditas Penyumbang Deflasi, BI DIY Sebut Pasokan Masih Terjaga

1 day ago 7

Harianjogja.com, JOGJA—Bank Indonesia (BI) Perwakilan DIY menyampaikan deflasi sebesar 0,15% pada Mei 2025 secara bulanan atau (month-to-month/mtm) utamanya disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Di tengah  melimpahnya pasokan pada komoditas hortikultura seperti cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Sri Darmadi Sudibyo mengatakan ketiga komoditas tersebut memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,12% (mtm), 0,07% (mtm) dan 0,06% (mtm). Ia menjelaskan penurunan harga cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah salah satunya disebabkan oleh terjaganya pasokan dari daerah produsen.

"Seperti Muntilan dan Wates, termasuk daerah sentra produksi di luar pulau Jawa seperti Sulawesi. Sementara, permintaan menjelang HBKN Idul Adha cenderung normal," ujarnya dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (4/6/2025).

BACA JUGA: Jadwal Puasa Arafah dan Bacaan Niat

Di sisi lain deflasi lebih dalam tertahan oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, khususnya pada komoditas emas perhiasan. Naiknya harga emas perhiasan dengan andil 0,03% (mtm) salah satunya dipengaruhi harga emas global seiring ketidakpastian global. Kondisi tersebut berdampak pada tingginya permintaan konsumen untuk komoditas emas sebagai aset safe-haven.

BI memperkirakan inflasi DIY tahun ini terus terjaga pada kisaran targetnya 2,5% plus minus 1% secara tahunan atau (year-on-year/yoy). Didukung oleh upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY dalam kerangka 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DIY 2025.

Di antaranya pelaksanaan operasi pasar atau pasar murah, optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai price reference store untuk menjaga daya beli. Kemudian kampanye belanja bijak dan penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) baik antar provinsi maupun intra provinsi dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan strategis. Serta maraknya berbagai gerakan sosial masyarakat yang bertujuan untuk stabilitas harga dan pasokan termasuk efisiensi distribusi komoditas.

"Dalam hal pengendalian inflasi, BI DIY bersama TPID DIY mengapresiasi atas kontribusi aktif berbagai pihak yang telah menjalin sinergi dan kolaborasi," katanya.

Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Y. Sri Susilo mengatakan banyaknya libur panjang pada Mei 2025 punya peran mendorong kenaikan konsumsi. Akan tetapi belum mampu mengimbangi penurunan komponen-komponen harga barang yang lain.

"Banyak long weekend belum mampu mengangkat peningkatan konsumsi secara signifikan, kalau permintaan meningkat jadi demand pull inflation," ujarnya.

Makanan dan Minuman

Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat pada Mei 2025 DIY mengalami deflasi 0,15% secara bulanan. Sementara secara tahunan terjadi inflasi 2,04% dan secara tahun kalender (year-to-date/ytd) inflasi 1,56%.

Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati mengatakan deflasi bulan Mei 2025 menjadi deflasi ketiga setelah sebelumnya juga terjadi deflasi pada Januari 2025 sebesar 0,35% dan Februari 2025 sebesar 0,86%.

Dilihat dari perkembangan kelompok pengeluaran, penyumbang deflasi Mei 2025 secara bulanan terutama dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,78% andilnya 0,21%. Kemudian kelompok transportasi mengalami deflasi 0,21% andilnya 0,03%.

Sebaliknya beberapa kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,54% andilnya pada inflasi 0,04%. Disusul kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi 0,37% dan memberikan andil inflasi 0,02%.

"Komoditas dominan yang menyebabkan deflasi Mei 2025 secara mtm sebagai pendorong pertama adalah cabai rawit dengan andil deflasi 0,12%," kata Herum.

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news