Suasana produksi dan tampilan produk UPI) Mina Bahari 45 dan Dapur Bunda Nuryana (UMKM Unggul Reborn) yang terletak di Pantai Depok, Bantul, Selasa (10/6 - 2025)
Harianjogja.com, BANTUL– Unit Pengalengan Ikan (UPI) Mina Bahari 45 dan Dapur Bunda Nuryana (UMKM Unggul Reborn) berhasil menembus pasar ekspor ke 10 negara hanya dalam waktu tiga tahun sejak berdiri pada 2021.
Produk olahan ikan dalam bentuk kaleng, yang mengusung konsep tanpa bahan pengawet dengan sistem sterilisasi, kini mulai dikenal di pasar global termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, Taiwan, Hongkong, Singapura, dan Australia.
BACA JUGA: Alami Kredit Macet, Ratusan Pelaku UMKM Minta Pemda DIY Berikan Bantuan
“Awalnya kami fokus pemasaran dalam negeri. Baru tahun ini mulai ekspor secara penuh,” kata Direktur UPI Mina Bahari 45 sekaligus penggagas Dapur Bunda Nuryana, Sri Nuryana, saat ditemui di pabrik pengalengan miliknya di Pantai Bantul, Selasa (10/6/2025).
Produk yang diekspor berupa olahan makanan siap saji berbasis ikan dalam kemasan kaleng steril, tanpa bahan pengawet, dan bisa langsung dikonsumsi. Menariknya, bahan baku sebagian besar diperoleh dari nelayan lokal, terutama Pantai Depok, lalu diolah dengan sistem sterilisasi modern.
Menurut dia, pihaknya tak menggunakan MSG dalam proses pengolahan. “Kami pakai bunga liar dari daerah JJLS sebagai penyedap alami. Misalnya untuk asam padeh, rasanya tetap kuat dan khas meski tanpa MSG,” katanya.
Proses produksi dilakukan secara higienis dengan SOP ketat. Ikan diasap atau digoreng terlebih dahulu, kemudian dimasak dan langsung dikalengkan dalam satu hari yang sama agar tetap segar. Dalam sebulan, produksi bisa mencapai 25.000 kaleng.
Kepala Pemasaran UPI Mina Bahari 45, Joko Suwanto menyebutkan, ekspansi pasar luar negeri menjadi langkah untuk meningkatkan kapasitas produksi. “Kalau hanya main di lokal, kapasitas produksi kami tidak termanfaatkan maksimal. Mesin kami bisa produksi 1.000 kaleng per hari. Kalau pasarnya cuma Jogja, sisa stok menumpuk,” ujarnya.
Kini, hampir seluruh hasil produksi dialokasikan untuk ekspor. Perbedaan produk lokal dan ekspor hanya pada harga dan kemasan. Harga lokal mulai Rp40.000 per kaleng, sedangkan di luar negeri bisa dijual hingga Rp200.000, tergantung pasar tujuan.
Keunggulan produk ini terletak pada ketahanan tanpa pengawet hingga satu tahun, berkat teknik sterilisasi. “Produk ini dibuka langsung bisa dimakan. Tidak perlu dimasak ulang. Itu jadi nilai jual tinggi di luar negeri,” terang Joko.
Selain fokus pada ikan, UPI Mina Bahari 45 kini juga mengembangkan produk lain lewat kerja sama dengan UMKM dari Solo. Di sisi lain hampir seluruh tenaga kerja usaha ini berasal dari warga sekitar. Lahan kosong di dekat pabrik juga sedang dikembangkan sebagai kebun pertanian organik yang hasilnya akan dipakai langsung dalam produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News