Realisasi Anggaran Pangan 2025 Baru 64,6 Persen

4 days ago 10

Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Keuangan menyebut realisasi anggaran ketahanan pangan hingga akhir Oktober 2025 masih 64,6 persen meski program berjalan sesuai tahapan di lapangan.

Kemenkeu menegaskan penyerapan anggaran kerap tidak sejalan dengan progres fisik, terutama untuk proyek infrastruktur dan kegiatan pertanian yang sangat dipengaruhi siklus musim. Hal ini membuat pembayaran baru dapat dilakukan ketika setiap tahap telah memenuhi syarat administratif.

Sektor pangan menjadi fokus pemerintah pada 2025 karena berkaitan langsung dengan stabilitas nasional. Pemerintah menyiapkan langkah penguatan distribusi, peningkatan produksi, serta intervensi konsumsi agar ketersediaan dan keterjangkauan pangan tetap terjamin bagi seluruh masyarakat.

Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu Tri Budhianto mengakui realisasi tersebut tampak rendah, namun menekankan bahwa penyerapan anggaran ketahanan pangan umumnya tidak berjalan linier dengan progres fisik di lapangan.

Pada banyak program, khususnya infrastruktur, pekerjaan di lapangan kerap lebih cepat sementara pembayaran baru dilakukan ketika kontrak jatuh tempo, sehingga realisasi keuangan tampak tertinggal.

"Kegiatan pertanian juga sangat dipengaruhi siklus musim. Prosesnya yang berlangsung berurutan mulai dari pra-tanam, tanam, panen, hingga pascapanen, membuat pencairan anggaran juga mengikuti tahapan tersebut. Jika musim tanam terlewat, pelaksanaan harus menunggu musim berikutnya," katanya.

Oleh karena itu, rendahnya persentase realisasi bukan berarti program tidak berjalan. Banyak kegiatan masih berada pada tahapan yang harus diselesaikan secara berurutan, sehingga pencairan anggaran baru dapat dilakukan ketika setiap tahap memenuhi syarat dan waktunya sesuai dengan musim.

“Ini juga harus kita pahami bahwa realisasi yang ada ini bukan berarti tidak dilaksanakan, ya, tapi memang ada periode-periode tertentu yang bisa dilakukan,” kata Tri.

Secara rinci, realisasi anggaran ketahanan pangan hingga Oktober 2025 dilaksanakan melalui belanja pemerintah pusat melalui kementerian/lembaga dan non-kementerian/lembaga sebesar Rp57,4 triliun, transfer ke daerah Rp13,9 triliun, serta pembiayaan investasi Rp22,1 triliun.

Sebagian dari realisasi tersebut mengalir ke program-program utama ekosistem ketahanan pangan, termasuk pembiayaan investasi melalui Bulog sebagai operator investasi pemerintah (OIP) sebesar Rp22,1 triliun yang telah terealisasi penuh atau 100 persen dari pagu.

Selain itu, anggaran turut digunakan untuk cetak sawah dan intensifikasi lahan (Rp6,6 triliun), program Kampung Nelayan Merah Putih hingga peningkatan produksi garam (Rp2,1 triliun), serta pembangunan bendungan dan irigasi hingga operasi dan pemeliharaan sumber daya air (Rp11,9 triliun).

Tri menjelaskan, arah kebijakan anggaran ketahanan pangan pada 2025 berfokus untuk menjaga stabilitas nasional, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar yang memiliki peran sangat vital.

Ia juga mengingatkan risiko kekurangan pasokan pangan yang dapat memicu gejolak sosial, sehingga pemerintah harus memastikan ketersediaan dan akses masyarakat terhadap pangan tetap terjaga.

Kebijakan tersebut dijalankan melalui tiga pilar utama, salah satunya penguatan distribusi dan cadangan pangan untuk memastikan pasokan dapat tersalurkan dengan baik sekaligus membangun cadangan yang memadai bagi seluruh penduduk.

Kedua, peningkatan produksi melalui berbagai program di kementerian terkait, termasuk perluasan areal panen, cetak sawah, optimalisasi lahan, serta dukungan sarana dan prasarana pertanian. Ketiga atau terakhir, penguatan aspek konsumsi dengan menjaga keterjangkauan pangan melalui berbagai intervensi pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news