Sejumlah pekerja tampak mengerjakan pembersihan dinding, Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya, Jogja, Kamis (8/5/2025). - Harian Jogja - Desi Suryanto
Harianjogja.com, JOGJA—Akses kendaraan di Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya Jogja masih ditutup total. Saat ini Plengkung Gading sedang direvitalisasi yang menjadi bagian dari upaya konservasi cagar budaya.
Sejumlah pekerja tampak mengerjakan pembersihan dinding pada Kamis (8/5/2025). Akses ditutup menggunakan water barrier, sedangkan lubang Plengkung Gading ditutup total menggunakan seng dicat putih.
Terdapat pula penjelasan proyek revitalisasi yang tertera pada banner di watter barrier yang bertuliskan Konservasi Penyelamatan Plengkung Nirbaya.
Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gading merupakan salah satu gerbang utama Benteng Baluwerti yang mengelilingi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Keberadaan warisan budaya tersebut menjadi bagian penting dari Sumbu Filosofi Jogja.
Sumbu ini membentang dari Panggung Krapyak di selatan hingga Tugu Pal Putih di utara, melintasi Keraton Jogja sebagai pusatnya.
Hasil kajian Dinas Kebudayaan DIY tahun 2018 menunjukkan bahwa Plengkung Nirbaya mengalami retakan yang berpotensi membahayakan keselamatan.
Sementara, upaya perbaikan telah dilakukan sejak 2019, termasuk perbaikan fisik dan pencegahan pelapukan biologis.
BACA JUGA: Proses Hukum Kasus Mbah Tupon di Bantul Segera Masuk Tahap Pengadilan
"Sering terjadi kendaraan berdimensi besar melanggar rambu larangan dan terjebak saat berpapasan dengan kendaraan lain, sehingga berisiko menyerempet dinding plengkung. Dengan rekayasa ini, diharapkan beban lalu lintas berkurang dan struktur bangunan tetap terjaga," ujar Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub DIY Rizki Budi Utomo Senin (24/2/2025) seperti dikutip dari Antara.
Sedangkan Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Bakti Setiawan dan Ikaputra menyebut diperlukan masterplan untuk menata kawasan Kraton Jogja secara komprehensif agar pelestarian cagar budaya tetap terjamin.
"Plengkung Nirbaya menghadapi tantangan serius terkait kondisi fisiknya, termasuk retakan di dinding Baluwarti dan lantai yang amblas hingga 10 cm. Kerusakan ini tidak hanya mengancam keindahan arsitektur, tetapi juga keselamatan pengunjung," ujar Ikaputra.
Konsep traffic calming atau pengurangan intensitas lalu lintas menjadi solusi utama yang direkomendasikan. Selain membatasi kendaraan bermotor, kata dia, peningkatan fasilitas bagi pejalan kaki dan transportasi ramah lingkungan perlu diprioritaskan di kawasan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News