Kisah Taufik, Pelopor Kuliner Bakso Ukuran Besar di Jogja

21 hours ago 8

Kisah Taufik, Pelopor Kuliner Bakso Ukuran Besar di Jogja Produk bakso Klenger. - Harian Jogja/Sirojul Khafid.

Harianjogja.com, JOGJA—Bakso Klenger Ratu Sari menjadi pionir bulatan bakso berukuran besar. Tidak hanya inovasi yang berkala, kualitas produk dan layanan menjadi kunci usaha yang sudah punya puluhan karyawan ini.

Seperti banyak anak-anak lain, Achmad Fardiansyah Taufik senang makan bakso saat kecil. Meski tidak yang sangat intens, kesukaan itu bertahan hingga dewasa. Dia kuliah di Prodi Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Sembari kuliah, Taufik kadang kala berjualan sendal hingga ponsel.

Lulus kuliah tahun 2009, Taufik menikah setahun kemudian. Bekal sarjana hukum tidak dia pakai untuk bekerja sebagai karyawan baik di pemerintahan atau usaha orang lain. "Kebetulan ketemu istri yang punya visi dan misi yang sama, [lebih pengen] membuka lapangan pekerjaan," kata Taufik, Kamis (24/4/2025).

BACA JUGA: Makanan Khas Indonesia Ini Terkenal di Negara Lain, Ada Rendang hingga Sambal

Pada 2010, Taufik membuka tempat makan dengan model prasmanan. Namun tidak sampai sebulan, usaha itu akhirnya tutup. Dia kemudian teringat kenangan masa kecil, tentang makan bakso. Ada penjual bakso yang biasa saja, tidak besar dan tidak kecil, tidak unik pula, namun bisa bertahan lama. Artinya ada prospek yang bagus di dunia bakso.

Setelah riset dan belajar, Taufik dan istrinya beralih ke usaha bakso bernama Ratu Sari. Meski jalan lagi-lagi belum mudah untuk Taufik. Saat awal-awal membuka usaha, pembeli yang datang maksimal tiga orang. Setiap harinya, Taufik pergi ke pasar sekitar pukul 05.00 WIB dan baru masuk ke kamar lagi pada 01.00 WIB. Setiap malam dia selalu diskusi dengan istri, tentang cara memajukan usaha baksonya.

"Segala sesuatu [kadang datang] dengan keterdesakan, ide bermunculan. Di suatu pagi, nyetak bakso ke pasar, ternyata ada ide untuk bikin bakso sebesar ini, bakso 250 gram, boleh juga nih dicoba. Saya isi juga dengan tetelan daging, kurang puas, masukin telur juga," katanya.

Menemukan Pembeda

Belum ada nama khusus untuk bakso besar itu. Taufik juga hanya membuat sekitar enam butir bakso besar. Namun dampaknya cukup terlihat saat dia menempatkan bakso itu di display gerobak. Orang yang sempat lewat dan melihat si bakso besar, dia akan putar balik. Mereka mencoba bakso besar yang saat itu baru pertama kali di Jogja.

Taufik sempat ragu, karena menjual bakso besar dengan harga Rp17.500. Padahal bakso termahal kala itu masih Rp7.000. Namun ternyata pengunjung tidak fokus ke harga, lebih ke produknya. Tidak hanya itu, pelanggan juga kembali lagi esoknya.

Usaha yang kemudian bernama Bakso Klenger Ratu Sari ramai pengunjung. "Dulu masih andalkan getok tular, enggak pernah promosi. Tapi tahun 2011 kontrakan [tempat usaha] abis, harganya naik, enggak bisa bayar tempat, terpaksa pindah. Usaha saya seperti terjun bebas lagi, mulai dari awal lagi," kata Taufik, yang saat ini berusia 41 tahun.

Meski merangkak, usaha Taufik mulai bertumbuh. Banyak produk inovasi bakso, dengan segala ukuran raksasanya, hingga bentuknya yang aneh-aneh. Puncaknya, sekitar 2015, banyak media yang mengulas. Bakso Klenger viral di Jogja sejak 2015 hingga masa pandemi. Dalam sehari, bisa ribuan mangkuk yang Bakso Klenger sediakan untuk pengunjung.

Kualitas dan Layanan

Dalam setiap fasenya, Bakso Klenger Ratu Sari selalu punya tantangannya. Di posisi yang sudah mulai mapan, Taufik mengatakan banyak yang meniru konsep bakso yang 'aneh-aneh' di sini. Namun satu hal yang selalu Taufik tekankan, dia berusaha untuk konsisten dalam kualitas produk dan layanan yang maksimal.

Kualitas bahan baku, lanjutnya, yang bisa membuat pelanggan kembali lagi dan lagi. Hal itu bukan tanpa konsekuensi. Pernah Taufik harus membuang 20 kilogram daging sapi, lantaran kondisinya sudah tidak maksimal. "Saya rela harus buang itu, karena saya mati-matian jaga produk. Saya lebih baik rugi beberapa mangkok, daripada harus kehilangan satu pelanggan. Impact-nya akan panjang," kata Taufik.

BACA JUGA: Dinas Kesehatan Sleman Paparkan Biang Kerok Keracunan Massal di Tempel

Taufik ingin mengapresiasi pelanggan yang datang, dengan menyuguhkan produk yang memang baik. Keberlangsungan usaha pada saatnya nanti bisa sejalan dengan tujuan awalnya membuka usaha. Tujuannya yaitu untuk membuka lapangan pekerjaan.

"Saya tidak pernah berekspektasi Bakso Klenger bisa sebesar ini," katanya. "Saat ini ada enam cabang dengan puluhan karyawan. Rekrutmen karyawan saya enggak mandang ijazah apapun, yang penting niat kerja, kerja dengan baik, dan jujur, itu aja."

Berani Buka Usaha, Berani Tersenyum

"Ada sebuah pepatah bijak mengatakan, 'jangan sekali-kali buka usaha, tanpa kamu berani tersenyum'," kata Taufik.
Maksud Taufik, saat seseorang hendak membuka usaha, maka dia juga harus mau untuk memberikan layanan yang baik. Layanan yang baik bisa dengan keramahan, yang disimbolkan dengan senyum. Membuka usaha tidak hanya perkara modal dan produk, namun juga pelayanan.

Dalam memperlakukan konsumen yang datang, Taufik berusaha memperlakukan sesuai dengan yang ingin dia rasakan juga. Semisal kita tidak suka pelayan yang lelet, maka jangan sampai karyawan kita melakukan hal tersebut.

BACA JUGA: Motor Sport dan Tukang Bakso Terlibat Kecelakaan di Dekat Amplaz Jogja, 2 Orang Terluka

"Misal dulu saat lokasinya masih terbatas dan pengunjung antre, yang dibutuhkan apa? Ya kursi, jangan tawarin minum, belum itu. Saat sudah masuk, tawarkan menu dan respon dengan baik, catat dengan baik," katanya.

"Apa lagi misal modal usaha sudah terbatas dan enggak bisa service customer, percuma. Saya banyak bertemu pengusaha yang usahanya bagus, gaya service-nya sama, mimik mukanya sama, [ramah semua]."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news