Gunungan Jaler (kiri) dan Gunungan Estri (kanan) yang dibawa abdi dalem Keraton Solo ke Masjid Agung Solo dalam Grebeg Besar Je 1958 , Sabtu (7/6/2025). - Solopos/Candra Septian Bantara.
Harianjogja, SOLO—Gunungan Jaler dan Estri menjadi simbol utama dalam Grebeg Besar Kraton Solo Je 1958, Sabtu (7/6/2025) siang. Selain dianggap sebagian orang membawa berkah, dua gunungan tersebut juga punya makna yang mendalam dalam kehidupan.
Ulama Keraton sekaligus Ketua Takmir Masjid Agung Solo, Muhtarom, mengatakan Gunungan Jaler berisikan bahan makanan pokok berupa tiga jenis pala tanaman, yaitu pala kependhem (tanaman yang tumbuh di dalam tanah: umbi-umbian), pala kesampar (tanaman merambat: kacang panjang), dan pala gumantung (tanaman yang tumbuh menggantung: cabai). Tiga pala tersebut adalah sumber kehidupan bagi manusia.
Menurut Muhtarom pala-pala yang terdapat dalam gunungan ini juga melambangkan tanggung jawab lelaki untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Selain itu, bahan makanan mentah itu juga bisa diartikan kewajiban laki-laki untuk menjadi penghasilan.
“Seorang laki-laki harus bisa mengejawantahkan tanggung jawabnya. Karena Arrijalu Qawwamuna alannisaa artinya laki-laki adalah penanggung jawab perempuan dan keluarganya. Maka kebutuhan keluarga adalah tanggung jawab suami untuk mencukupinya,” katanya.
Sedangkan Gunungan Estri yang berbentuk bentuk kerucut yang terbalik yang berisikan makanan siap saji, seperti rengginang, tlapukan, dan upil-upilan itu melambangkan bahwa perempuan atau istri harus mampu memanfaatkan pemberian suami untuk keluarganya. Entah itu dengan memasak makanan hingga mengelola penghasilan suami.
“Jangan sampai seorang perempuan atau istri tidak bisa mengelola pemberian suami [barang kebutuhan hingga uang]. Artinya perempuan menjadi top manager pengelolaan keuangan dalam keluarga,” ujarnya.
Jika perempuan diibaratkan sebuah kendil atau periuk, lanjut dia, perempuan jangan sampai menjadi kendil yang bocor. Bilamana kendil itu bocor diisi apapun pemberian suami akan habis dan tidak memberi manfaat bagi keluarganya.
“Maka jadilah perempuan yang kendil yang tidak bocor. Sehingga berapapun pemberian atau penghasilan suami bisa bermanfaat bagi keluarganya,” ujarnya.
Secara umum Grebeg Besar ini adalah wujud syukur Keraton Solo kepada Tuhan YME. yang telah memberikan keselamatan, rizki, hidayah dan maunah kepada keraton seisinya. Secara umum makna grebeg ini mirip dengan dua grebeg lainnya yakni Grebeg Pasa dan Grebeg Sekaten. Melalui grebeg ini diharapkan Keraton Solo bisa dijauhkan dari bala, permusuhan dan pertikaian.
Dilansir Espos, Grebeg Besar Keraton Solo siang itu tampak berlangsung sedikit kurang khidmat. Pasalnya ketika prosesi doa masih berlangsung dan belum selesai isian Gunungan Jaler sudah menjadi bahan rebutan puluhan warga di halaman Masjid Agung Solo.
Warga meyakini dengan berebut isian gunungan tersebut bisa membawa keberkahan dalam hidupnya. salah satu warga, Keni, 38, mengatakan ini adalah pengalaman kali pertama dalam hidupnya ikut acara ini dan berebut Gunungan Jaler. Dia ikut berebut karena meyakini akan mendapatkan keberkahan setelahnya.
Wanita asal Matesih, Karanganyar itu mendapatkan kacang panjang, kue kucur dan telur bebek. Dia memasak sayur tersebut dan memakan telur serta kucur di rumahnya nanti.
“Bari kali ini ikut, karena tujuan awalnya mau ke Pasar Klewer trus mampir. Alhamdulillah rebutan tadi dapat ini [kacang panjang, kue kucur dan telur bebek]. Katanya ada keberkahan bila ambil ini di gunungan. Semoga jadi berkah,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Espos