Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Mujahid Amrudin. Kiki Luqman
Harianjogja.com, BANTUL—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi banjir dan longsor di musim hujan, dengan 75 pos siaga dan koordinasi relawan aktif.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi tersebut dapat berlangsung hingga Maret 2026.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Mujahid Amrudin, menjelaskan bahwa berbagai langkah antisipasi tengah dilakukan untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat dan perangkat wilayah.
“Kalau kami, saat ini sudah membentuk 75 pos banjir dan tanah longsor di 75 kalurahan. Itu dilakukan sesuai arahan Bupati Bantul. Pak Bupati juga sudah memerintahkan siaga darurat untuk seluruh komponen,” ujar Mujahid, Selasa (9/12/2025).
Ia menyampaikan bahwa pos-pos tersebut melibatkan relawan setempat, termasuk lurah dan panewu. Setiap pos kini menjalankan jadwal piket harian untuk memantau banjir, longsor, maupun angin kencang, sembari merespons pembaruan informasi cuaca dari BMKG.
Menurut Mujahid, koordinasi dengan relawan berjalan cukup baik.
“Hasil koordinasi pemantauan kami alhamdulillah kepedulian teman-teman relawan di daerah tinggi dan aktif untuk melakukan piket dan memberikan informasi kepada kami,” katanya.
Sebelumnya, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi bencana geohidrometeorologi. Berdasarkan perkiraan cuaca BMKG, puncak cuaca ekstrem diprediksi terjadi pada Februari 2026.
Halim menyampaikan, BMKG melaporkan peningkatan potensi bencana akibat perubahan cuaca dan iklim, seperti hujan lebat, banjir, badai, hingga longsor. Kondisi tersebut sudah mulai terlihat di beberapa titik di Bantul, salah satunya longsor di Sriharjo.
“BMKG menyampaikan siklus ini puncaknya nanti bulan Februari. Setelah itu melandai dan diperkirakan berakhir di bulan Maret,” ujarnya, Minggu (7/12).
Ia menegaskan, informasi tersebut penting bagi pemerintah karena akan berpengaruh pada perencanaan pertanian hingga pembangunan infrastruktur. Menurutnya, keputusan soal waktu tanam maupun pelaksanaan proyek fisik harus mempertimbangkan dinamika cuaca.
“Dengan cuaca seperti itu, misalnya pelelangan pembangunan infrastruktur harus kita mulai di bulan Januari. Ini jadi pertimbangan,” kata Halim.
Pemerintah Kabupaten Bantul juga terus mensosialisasikan kewaspadaan kepada masyarakat, terutama warga yang tinggal di bantaran sungai dan daerah perbukitan. Dua wilayah tersebut disebut paling berisiko terdampak banjir maupun longsor.
“Kami mengingatkan warga di bantaran sungai dan lereng gunung untuk selalu memasang kewaspadaan. Ini baru awal, puncaknya Februari. Kemungkinan bisa diikuti angin topan, angin lesos, atau puting beliung,” katanya.
Halim menegaskan, upaya antisipasi perlu dilakukan sejak dini meskipun fenomena angin ekstrem belum tentu terjadi. Kesiapsiagaan menjadi kunci untuk meminimalkan risiko korban maupun kerugian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

4 days ago
7
















































